Tapi, tidak ada pohon Bodi disana, yang melindungi dari sinar matahari, desau hujan, dan lalu lalang binatang-binatang liar dan buas.
~~ Tangan sang algojo terangkat. Tanpa cambuk. Urat-urat kekar itu mengendur. Nafasnyapun teratur. Ia melihat, dirinya, pada pemuda itu ~~
Seekor belalang, tanpa kaki belakang, hinggap pada punggung pemuda itu.
Tersaruk-saruk ia membawa tubuhnya.
Hawa segar, dari pori-pori tubuh pemuda itu, membuatnya terlelap.
Andai ia dulu, menjadi kepompong, pada punggung pemuda itu...
Dua ekor rajawali, yang sedang berburu, bertengger pada tiang gantungan itu.
Nanar manatap pada sang belalang.
Dan pada padang ilalang di belakang algojo itu, kelinci-kelinci berlari, anak-anak ayam bercericit, riang.
~~ Sang algojo tak juga hendak menurunkan tangannya. Ia menunjuk pada papan itu, huruf-huruf itu, kalimat-kalimat padang pasir yang baru saja ditulis, setelah menempuh perjalanan waktu, lima belas abad lebih, dalam angka Hijriyah. Tertulis: “Ini bumi Serambi Mekkah.”~~
Wajah pemuda itu tetap tengadah.