Menghapus stereotip patriarki yang menganggap pengasuhan adalah tugas ibu semata adalah langkah penting dalam menciptakan kesadaran tentang pentingnya kehadiran ayah.
Dengan merayakan Hari Ayah sebagai momen untuk menyoroti keterlibatan ayah yang lebih dalam, kita dapat mendorong ayah untuk lebih aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, baik secara fisik maupun emosional.Â
Ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga, tetapi juga tentang membangun ikatan emosional yang kuat dengan anak-anak, yang akan berdampak pada kualitas hubungan keluarga dan tumbuh kembang anak di masa depan.
Dengan demikian, Hari Ayah harus menjadi waktu yang mendorong perubahan sosial yang lebih luas, mengatasi ketidaksetaraan peran dalam keluarga, dan mempromosikan model keluarga yang lebih inklusif dan harmonis.
Dan kalau masih ragu menjadi ayah, coba bayangkan momen pertama kali anak bilang, "Ayah, aku sayang kamu!"---saat itu, mungkin kita bakal sadar, jadi ayah itu bukan cuma tanggung jawab, tapi juga anugerah yang penuh cinta dan tawa (dan kadang cemas saat harus mikirin biaya sekolah dan mainan yang nggak ada habisnya!).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H