Bystander effect sebuah istilah yang menjadi terkenal setelah konsep tersebut dikemukakan oleh psikolog sosial bernama Bibb Latane dan Jon Darley.
Konsep bystander effect dikemukakan dari sebuah kasus pembunuhan Catherine “Kitty” Genovese yang terjadi pada tahun 1964 di Kota New York, Amerika Serikat. Kala itu, Genovese diserang hingga meninggal diluar apartemennya dan tetangga yang mendengar teriakannya tidak berhasil untuk segera mencegahnya. Bahkan sekedar untuk menelpon pihak berwajib dilakukan seseorang hingga tiga puluh menit sejak Genovese diserang.
Terdapat dua hal yang menyebabkan bystander effect terjadi, yaitu;
Kehadiran banyak orang di sekitar lokasi kejadian membuat difusi tanggung jawab. Hal ini disebabkan karena adanya kehadiran pengamat-pengamat lainnya, atau orang lain di sekitar, membuat seseorang tidak merasa ada keharusan untuk melakukan tindakan. Karena tidak ada pembagian tanggung jawab diantara orang-orang yang melihat kecelakaan tersebut.
adanya kebutuhan untuk bertindak dalam langkah-langkah yang dianggap benar dan dapat diterima secara sosial. Kehadiran orang lain menyebabkan seseorang yang turut melihat atau mendengar sebuah kejadian yang memerlukan pertolongan tidak langsung memberikan bantuan. Melainkan memperhatikan reaksi dari orang-orang disekitarnya terlebih dahulu. Jika orang lain tidak melakukan apapun, seorang individu biasanya mengartikannya sebagai penanda bahwa tidak dibutuhkannya suatu reaksi apapun.
Bystander effect bukanlah suatu hal yang hanya dapat terjadi bila berkaitan dengan kriminalitas. Bahkan untuk hal yang sederhana, seperti ketika jalan kaki kemudian tersandung dan jatuh.
Tetapi orang-orang di sekitar hanya melihat saja sampai korban berdiri sendiri tanpa ada yang menolong. Sedangkan korban membutuhkan pertolongan. Sebagai kasus yang biasa terjadi dimasyarakat, ketika ada pengendara sepeda motor mengalami kecelakaan, tetapi orang-orang juga hanya melihat tanpa melakukan tindakan pertolongan kepada korban.
Bystander effect tidak hanya dapat terjadi kepada orang lain. Bystander effect juga dapat terjadi kepada diri sendiri. Dalam kondisi yang terjadi pada diri sendiri, hal paling mudah dilakukan adalah dengan meminta tolong kepada seseorang yang sekiranya paling dapat dipercaya.
Meskipun meminta tolong kepada orang yang belum dikenal sama sekali. Caranya melakukan dengan meminta pertolongan dan melakukan kontak mata kepada yang dituju untuk memberikan pertolongan. Sehingga dapat menimbulkan dan memunculkan rasa belas kasih dari orang yang dimintai pertolongan.
Sebagai agama Buddha mengenal ajaran Kammaphala (buah perbuatan) yang mana sebuah perbuatan pasti akan menimbulkan sebuah hasil. Bystander effect jika dilihat dari sisi pandang agama Buddha merupakan hasil atau buah dari perbuatan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau.
Jika umat Buddha berada dalam posisi bystander atau pengamat kejadian orang lain membutuhkan pertolongan tetapi tidak langsung melakukan aksi pertolongan selayaknya untuk mengembangkan Brahma Vihara. Pengembangan Brahma Vihara dapat dilakukan dengan cara meditasi. Meditasi yang sesuai dan yang akan penulis bahas adalah meditasi dengan objek Karuna Bhavana.