Mohon tunggu...
Indra Saputra
Indra Saputra Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuluh Agama Buddha pada Kementerian Agama Republik Indonesia

Yakini saja apa yang kamu yakini. Biarkan alam semesta membantu mewujudkannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengatasi Bystrander Effect dengan Meditasi Objek Karuna

21 Februari 2021   02:02 Diperbarui: 21 Februari 2021   02:29 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belas kasih dan kasih sayang sudah ada dalam diri manusia. Tetapi, rasa belas kasih yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Ada rasa belas kasih yang teramat besar sampai paling kecil. Tingkatan rasa belas kasih manusia dimulai berbagai faktor lingkungan kehidupan (pergaulan). Pergaulan antar manusia menciptakan sifat atau watak sebagai individu dari kelompok-kelompok tersebut.

Tahun 2019 mucul sebuah kosakata baru yang memang kejadiannya telah berlasung sejak lama. Kosakata itu disebut dengan “Bystander Effect”. Bystander Effect dapat dicontoh ketika terjadi kecelakaan kendaraan, atau kejadian lainnya tapi tidak ada satupun orang yang tertindak untuk melakukan pertolongan.

Fenomena seperti itu disebut dengan “bystander effect” [1]. Ketika seseorang membutuhkan pertolongan, tetapi orang-orang disekitar melihat akan berpikir bahwa akan ada orang lainnya yang akan menolong. Celakanya, semua orang berpikir seperti itu hingga tidak ada satupun yang melakukan pertolongan terhadap korban.

Kasus bystander effect sudah ada di Indonesia dan juga terjadi sejak lama. Berita dari www.bbc.com dengan judul “Tanjakan Emen: Mengapa ‘banyak’ orang hanya menonton, tidak menolong korban kecelakaan”.

“Sekelimut kisah miris terselip dalam kecelakaan bus maut di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, akhir pekan lalu yang menyebabkan 27 orang meninggal dunia dan mereka adalah anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata, Ciputat, Tangerang Selatan.

Salah satu korban yang selamat, Karmila, menuturkan pengalamananya keluar dari bus dengan susah payah setelah bus itu terjatuh, terguling dan kemudian berhenti.

Meski warga sekitar berdatangan, mereka tidak bergerak menolong, malah merekam situasi mencekam yang terjadi dengan gawai mereka. Bahkan, ketika perempuan berusia 44 tahun ini berhasil keluar dari bus dan berniat meminjam gawai salah satu warga untuk menelepon kerabatnya, warga itu enggan meminjaminya.[2]”

Kejadian kecelakaan bus hanya jadi tontonan orang-orang, sedangkan sudah tahu bahwa banyak yang membutuhkan pertolongan. Tetapi tidak ada orang yang mau bergerak untuk melakukan pertolongan. Lebih kejam lagi dari kejadian tersebut adalah orang-orang yang menonton malah merekam kejadian tersebut. Terasa miris dengan kondisi yang terjadi akibat bystander effect dimana orang-orang hanya melihat orang lain mengalami musibah tanpa melakukan tindakan pertolongan.

Bystander Effect merupakan kosakata yang bukan berasal dari Bahasa Indonesia, melainkan masih dalam Bahasa Inggris. Bystander berdasarkan kamus bahasa Inggris artinya pengamat, sedangkan effect adalah akibat.

Arti lengkap kata bystander effect adalah orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian dan mempunyai peran sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara menolong atau tidak ketika dihadapkan pada keadaan darurat (Sarwono, 2009)[1].

Bystander effect terjadi saat kehadiran orang lain membuat seseorang mengurungkan niat untuk membantu orang lain dalam kondisi yang membutuhkan pertolongan. Dengan kata lain, bystander effect merupakan akibat dari banyaknya orang yang bertindak hanya sebagai pengamat suatu kejadian ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Bystander effect sebuah istilah yang menjadi terkenal setelah konsep tersebut dikemukakan oleh psikolog sosial bernama Bibb Latane dan Jon Darley. 

Konsep bystander effect dikemukakan dari sebuah kasus pembunuhan Catherine “Kitty” Genovese yang terjadi pada tahun 1964 di Kota New York, Amerika Serikat. Kala itu, Genovese diserang hingga meninggal diluar apartemennya dan tetangga yang mendengar teriakannya tidak berhasil untuk segera mencegahnya. Bahkan sekedar untuk menelpon pihak berwajib dilakukan seseorang hingga tiga puluh menit sejak Genovese diserang.

Terdapat dua hal yang menyebabkan bystander effect terjadi, yaitu; 

Kehadiran banyak orang di sekitar lokasi kejadian membuat difusi tanggung jawab. Hal ini disebabkan karena adanya kehadiran pengamat-pengamat lainnya, atau orang lain di sekitar, membuat seseorang tidak merasa ada keharusan untuk melakukan tindakan. Karena tidak ada pembagian tanggung jawab diantara orang-orang yang melihat kecelakaan tersebut. 

adanya kebutuhan untuk bertindak dalam langkah-langkah yang dianggap benar dan dapat diterima secara sosial. Kehadiran orang lain menyebabkan seseorang yang turut melihat atau mendengar sebuah kejadian yang memerlukan pertolongan tidak langsung memberikan bantuan. Melainkan memperhatikan reaksi dari orang-orang disekitarnya terlebih dahulu. Jika orang lain tidak melakukan apapun, seorang individu biasanya mengartikannya sebagai penanda bahwa tidak dibutuhkannya suatu reaksi apapun. 

Bystander effect bukanlah suatu hal yang hanya dapat terjadi bila berkaitan dengan kriminalitas. Bahkan untuk hal yang sederhana, seperti ketika jalan kaki kemudian tersandung dan jatuh.

Tetapi orang-orang di sekitar hanya melihat saja sampai korban berdiri sendiri tanpa ada yang menolong. Sedangkan korban membutuhkan pertolongan. Sebagai kasus yang biasa terjadi dimasyarakat, ketika ada pengendara sepeda motor mengalami kecelakaan, tetapi orang-orang juga hanya melihat tanpa melakukan tindakan pertolongan kepada korban.

Bystander effect tidak hanya dapat terjadi kepada orang lain. Bystander effect juga dapat terjadi kepada diri sendiri. Dalam kondisi yang terjadi pada diri sendiri, hal paling mudah dilakukan adalah dengan meminta tolong kepada seseorang yang sekiranya paling dapat dipercaya.

Meskipun meminta tolong kepada orang yang belum dikenal sama sekali. Caranya melakukan dengan meminta pertolongan dan melakukan kontak mata kepada yang dituju untuk memberikan pertolongan. Sehingga dapat menimbulkan dan memunculkan rasa belas kasih dari orang yang dimintai pertolongan.

Sebagai agama Buddha mengenal ajaran Kammaphala (buah perbuatan) yang mana sebuah perbuatan pasti akan menimbulkan sebuah hasil. Bystander effect jika dilihat dari sisi pandang agama Buddha merupakan hasil atau buah dari perbuatan buruk yang telah dilakukan pada masa lampau.

Jika umat Buddha berada dalam posisi bystander atau pengamat kejadian orang lain membutuhkan pertolongan tetapi tidak langsung melakukan aksi pertolongan selayaknya untuk mengembangkan Brahma Vihara. Pengembangan Brahma Vihara dapat dilakukan dengan cara meditasi. Meditasi yang sesuai dan yang akan penulis bahas adalah meditasi dengan objek Karuna Bhavana.

Karuna Bhavana merupakan kata yang berasal dari bahasa Pali. Kata Karuna berarti belas kasih, dan Bhavana adalah pengembangan, yaitu pengembangan batin. Sehingga, Karuna Bhavana adalah meditasi yang digunakan untuk mengembangan belas kasih dalam batin. Dalam karuna bhavana, orang memancarkan belas kasih kepada orang yang sedang ditimpa kemalangan, diliputi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan.

Kata Karuna berhubungan dengan Kamma adalah suatu niat dan kapasitas untuk mengurangi dan mengubah penderitaan. Sementara Karuna umumnya diterjemahkan sebagai “kasih sayang” yang secara harafiah berarti “menderita dengan”. Thich Nhat Hanh, telah menjelaskan bahwa kita tidak perlu menderita untuk meringankan penderitaan orang lain. Sebagai contoh, dokter tidak perlu merasakan sakit untuk dapat meringankan rasa sakit pasiennya.

Meditasi dengan objek karuna bhavana (belas kasih) bertujuan untuk memurnikan hati dan pikiran, pola pikir dan memberikan tekanan kebahagiaan terhadap orang yang melakukannya. Karena, meditasi ini mengembangkan belas kasih atau rasa kasihan kepada mahkluk lain, apabila melakukan hal yang tidak baik atau membuat mahkluk lain celaka. Hal ini tentu memberikan dampak positif dalam diri ketika melihat mahkluk lain celaka atau menderita. Sebagai contoh kisah Pangeran Sidharta yang menolong seekor yang terpanah.

Meditasi Belas Kasih adalah pengembangan perenungan untuk mencapai pandangan terang terhadap segala realitas kehidupan sehari-hari yang bersifat menebarkan belas kasih kepada semua makhluk di dunia ini. Sehingga dalam kehidupan dapat melenyapkan kekotoran batin dan segala guncangan yang ada dalam diri, serta untuk mengikis diri dalam pembunuhan dan segala macamnya.

Kasih sayang adalah perasaan yang muncul ketika seseorang menganggap semua makhluk dengan cinta kasih tapi kemudian merasakan pengalaman universal penderitaan. Penderitaan ini dapat berkisar dari perasaan halus menjadi sakit pada kemudahan sampai ke tragedi mengerikan.

Menurut Kebenaran Mulia pertama, penderitaan adalah luas, dalam satu bentuk atau lainnya, sehingga kasih sayang - kemampuan untuk berempati dengan penderitaan semua makhluk juga harus luas.

Kasih sayang dapat dicirikan sebagai keinginan untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan mereka dan bahkan lebih penting dari penyebab penderitaan. Kasih tidak hanya mengurangi gejala, tetapi juga berharap untuk mencabut penyebab dasar penderitaan.

Manfaat pelaksanaan meditasi dengan objek Karuna Bhavana (belas kasih), sebagai berikut:

  1. Dia akan tidur dengan nyenyak.
  2. Dia akan merasa bahagia pada saat bangun tidur tanpa merasa ngantuk, pusing;
  3. Dia akan tidur tanpa diganggu oleh mimpi buruk;
  4. Dia akan disayangi oleh orang lain, setiap orang mencintainya;
  5. Dia akan disayangi makhluk lain, seperti raksasa pria maupun wanita dan lain-lain;
  6. Dia akan dijaga oleh para dewa. Jika kita membagi mettā dengan mereka, mereka juga dengan senang hati melindungi dan menjaga kita;
  7. Pikiran akan mudah untuk berkonsentrasi.
  8. Wajahnya akan terlihat bersih, cerah dan tenang;
  9. Dia yang memancarkan mettā akan meninggal dengan pikiran yang tidak mengalami kebingungan, jika pada saat mengalami kematian seseorang dapat memancarkan mettā, maka dia akan meninggal dengan tenang dan damai.

Bystander effect merupakan sebuah kejadian dimana orang-orang hanya menjadi pengamat dalam suatu kejadian kecelakaan atau musibah terhadap orang lain. Kecenderungan orang menjadi pengamat dalam kejadian karena tidak merasa memiliki tanggung jawab ataupun merasa akan ada orang lain yang akan melakukan pertolongan terhadap korban. Terdapat satu hal yang paling mendasar agar orang tidak hanya menjadi pengamat dalam suatu kejadian kecelakaan, adalah rasa belas kasih dalam diri.

Orang yang mengamati kejadian mungkin memiliki belas kasih ketika melihat korban. Tetapi belas kasih yang ada dalam diri tidak begitu besar sehingga perlu dikembangan rasa belas kasih yang dimilikinya. Pengembangan belas kasih dalam diri dapat dilakukan dengan meditasi menggunakan objek Karuna Bhavana. Sebab, Karuna Bhavana bertujuan untuk mengembangkan rasa belas kasih dalam diri.

Sebagai contoh dari kisah Pangeran Sidharta yang memiliki sifat belas kasih. Pangeran Sidharta langsung memberikan pertolongan terhadap angsa yang terkena anak panah. Hal ini karena rasa belas kasih yang besar dalam diri Pangeran Sidharta.

Seperti halnya pada diri manusia yang lain, perlu memiliki rasa belas kasih yang besar agar tidak sekedar menjadi pengamat dalam suatu kejadian kecelakaan ataupun musibah yang menimpa orang lain. Sehingga ketika terjadi kecelakaan atau musibah yang menimpa orang lain, maka diri kita akan langsung dengan segera melakukan pertolongan terhadap korban.

Berdasarkan dari hukum kamma, melakukan pertolongan termasuk ke dalam tindakan perbuatan baik yang akan membuahkan hasil yang baik. Termasuk pertolongan terhadap korban yang mengalami kecelakaan. Jangan hanya menjadi pengamat dalam suatu kejadin, tetapi memberikan kontribusi dalam melakukan pertolongan terhadap korban.

Pertolongan yang sederhana dapat dilakukan dengan menarik korban agar dapat berdiri kembali. Sebagai contoh dari kejadian orang lain tersandung atau terpeleset yang berada disamping kita. Maka kita tapat dengan cepat dan tanggap menarik tangan korban agar dapat berdiri kembali. Bahkan untuk sebuah kejadian yang lebih besar, contohnya kecelakaan kendaraan.

Kita dapat melakukan pertolongan dengan menelpon rumah sakit jika kecelakaan tersebut parah. Jika kecelakaan tidak sampai parah, maka bisa menolong korban kecelakaan untuk berdiri atau menepikannya ditepi jalan. Seyogyanya sebagai umat Buddha juga dapat bertindak dan mempraktekan ajaran Buddha.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun