Ibu-ibunya juga tak mau kalah, mereka juga membuat jadwal senam mereka sendiri secara mandiri. Mengerti kebutuhan akan kesehatan, dan Saung Cibunar ini jadi ruang menarik untuk senam, selain udaranya sejuk, ketika ibu-ibu senam, anak-anaknya turut serta main kaulinan.
Nujuhlikuran dan Bulan di Cibunar
Yang terakhir, ada setidaknya dua kali kumpul bareng bersama-sama di Sakola Motekar. Yang pertama Bulan di Cibunar. Perhelatan ini digelar setiap malam purnama, semua warga Motekar mengekspresikan segala bentuk kesenian dan kelas-kelas.
Jikalau dalam sebuah forum puncak-puncaknya adalah panggung dan mic, di Sakola Motekar puncaknya ya aktualisasi Potensi. Setelah banyak belajar di kelas-kelas, Bulan di Cibunar ini menjad wadah ekspresi semua kelas.Â
Yang kelas musik, tari, puisi, pencak, silat nyanyi bisa tampil di depan, ada juga layar tancep. Yang videografi dan fotografi mendokumentasikan acara, yang kelas nulis bisa membuat tulisan yang nanti direkam di BARENÂ majalah Sakola Motekar.Â
Kemudian ibu-ibu di menyiapkan dapur, memastikan selain asupan ilmu dan kegiatan yang menyehatkan fisik semua makanan yang masuk ke perut mereka bergizi dan mengurangi bahan makanan yang kurang sehat.
Semua boleh mengekspresikan dirinya di Bulan di Cibunar, atau cuman duduk-duduk menonton layar tancep juga tak apa. Sakola Motekar tetap berpinsip bahwa Sekolah harus menggembirakan, bahkan seperti taman yang semua orang betah dan bergembira didalamnya.
Untuk bersyukur, mengendapkan diri, untuk mengevaluasi semua yang sudah dijalani Sakola Motekar selama sebulan penuh. Ini juga bagian dari UtangRasa kepada semua pihak yang turut serta menemani, memberi arti, menginspirasi keberadaaan Sakola Motekar.Â
Ekspresi dan Refleksi, ini nampaknya yang hari-hari ini juga sulit ditemukan di sekolah formal.
Mainstream pendidikan kita saat ini hanya mendorong anak untuk berkompetisi tanpa memperdulikan faktor lain. Akhirnya Sekolah  hanya seperti perlombaan naik kelas dan mendapatkan angka terbaik, namun hal-hal seperti akhlak, empati, simpati, gotong-royong, disiplin dan kemandirian kadang diabaikan.Â