Niko akhirnya memutuskan pergi ke kota. Meminta pekerjaan pada saudaranya. Dan mulai saat itu, ia bekerja di tempat hiburan malam. Menikmati gaji bulanan, dan bersenang-senang.Â
"Kokoh nakal!" Niko usil mencubit genit salah seorang pemandu lagu. Perempuan berbaju minim, bermake-up tebal, dan cantik, berbaris di depannya. Tugas Niko memang mengurus para pemandu lagu untuk melayani tamu.Â
Meski kerap dipandang sebagai mucikari, Niko tak ambil pusing. Dan hinaan orang yang menyebut anak buahnya sebagai "Ayam Sepatu" tak pernah ia pedulikan.Â
Hingga suatu ketika, Niko melihat Acim di salah satu room karaoke. Darah mendidih. Mata melotot. Kata-kata umpatan menanti diledakkan. Niat hati ingin mengusir Si Jagal Ayam. Namun hal itu urung dilakukan.Â
Niko kalah cepat dengan kedatangan petugas berwenang. Tempat hiburan malam disegel. Beberapa tamu ditangkap. Dan ia harus kembali terseret kasus hukum. Kali ini soal temuan narkotika, dan dugaan praktik prostitusi.Â
Nasib baik Niko dapat kembali lolos, kali ini statusnya sebagai saksi. Meski pun harus merelakan gaji bulan itu hangus. Namun ia bersyukur tak sampai menginap di dalam sel.Â
Deru mesin terdengar lirih. Niko berhasil memperbaiki motor tua. Harapannya, laku terjual dengan harga tinggi. Minimal tidak dibayar seharga besi loak.Â
"Nah, aku bisa perbaiki motor bebek!" Niko mengemas lamunan, dan berpikir untuk kembali merintis usaha. Dan bengkel motor, sepertinya ide cemerlang.Â
"Bo Kek! Lekas pergi jual!"Â
"Iya, Ma!" Belum sempat membersihkan wajah dan tubuhnya dari cipratan oli, Mamanya kembali berteriak.
"Bo Kek, jangan lupa beli ayam loh! Besok Imlek, banyak saudara mau datang!"