Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mantan dalam Secangkir Espreso

12 November 2021   11:22 Diperbarui: 12 November 2021   11:41 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepasang kekasih bersepeda di sore hari (Foto: Pexels Via Pixabay)

"Bukan! Aku yakin bukan, Hans. Dengarkan dulu, jangan memotong!" Paras wajahnya semakin serius. 

Kata-kata yang terucap dari bibir Riani seperti berdengung. Tak ada sesuatu yang baru. Irisan nostalgia dibongkar pasang. Di masa lalu, kami menyebutnya friendzone. Dan kami telah sepakat untuk membuang perasaan aneh itu jauh-jauh. 

Deretan nama dan peristiwa kembali diulang. Menyentuh hasrat dan menggelitik penyesalan. Hingga kembali terdengar nama Dyah. Dan kupikir semuanya harus diakhiri. Riani semakin lepas kendali. 

"Cukup! Riani, lihatlah cincin kawin di jari manismu. Kautahu, aku mengenal dan menghormati suamimu. Pulanglah, urusan bisnis kita sudah selesai." 

Riani menitikkan air mata. Menggigit bibir, seakan menyesali perkataannya. Namun ia masih sempat-sempatnya protes, dengan berkata, "Lantas, apa bedanya aku dengan Dyah? Dia justru meninggalkanmu, untuk hidup bersama orang lain!" 

Kuputuskan melangkah pergi, dan tak menjawab apapun. Meninggalkan Riani dengan sebuah senyuman. Memacunya berpikir ulang, tentang obsesi cinta yang tak kunjung surut. Dan tentu saja, membiarkannya membayar tagihan cafe.

Namun harus kuakui, ada hikmah yang dapat diambil dari obrolan pelik hari ini. Ternyata Riani dan Dyah tak jauh berbeda. Dan berhubung waktu tak dapat berputar ke belakang, maka hatiku pun sepertinya harus segera di set ulang. 

Terkadang saat kita dimabuk cinta, hasrat dapat membenamkan kesadaran. Namun bukankah kita dapat memilih; terus tenggelam, atau mulai berenang ke tepian.

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun