"Namun ada satu hal yang saya sesalkan, Mas."Â
"Apa itu, Pak?" tanyaku penasaran.Â
"Dahulu, saya harusnya menerima tamparan. Dan tetap memasang papan nama jalan, bertuliskan nama beliau."Â
Kisah Kakek Ruslan menyadarkanku, bahwa pahlawan benar-benar ada. Orang-orang yang menjaga segala perbuatan baik tanpa terjamah puja-puji.Â
Mereka yang memberi dengan tangan kanan dan tangan kirinya tak perlu tahu. Meninggalkan manfaat pada sesama, tanpa terjerat pamrih berupa pangkat, tanda jasa, dan prasasti.Â
Dan seketika aku pun menyadari, selama ini aku dikelilingi pahlawan-pahlawan dalam hidupku. Tak hanya foto-foto pahlawan di dalam lembaran uang dan buku pelajaran. Itu sudah kewajiban kita mengenang jasa pahlawan bangsa yang sudah berpulang.
Namun orang-orang terdekat kita ternyata sama bernilai. Istriku pahlawan rumah tangga, Mbak Yuni pahlawan pemadam kelaparan, Muklis meski kadang bikin keki, adalah pahlawan ekonomi. Dialah orang yang memberiku pekerjaan.Â
Dan Ibu dengan kasih sayang tulusnya. Serta Bapak yang selalu mengajarkan kerja keras dan pantang meminta-minta, dengan segala keterbatasannya, adalah pahlawan kehidupan.Â
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian