Waktu menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan hati pada kenangan. Kesenangan, kesedihan, keluarga, sahabat, dan orang-orang tercinta, berganti dan terlupakan. Bergulir ke depan, meninggalkan rangkaian cerita di belakang.Â
Kututup album foto-foto lawas, setelah memotretnya dengan kamera handphone. Kenangan tak dapat diulang. Banyak hal yang hanya terjadi satu kali seumur hidup.Â
Besok lusa aku harus bekerja, dan kunjungan ke rumah orangtua di akhir pekan harus terjeda. Melepas kerinduan pada ibu dan bapak begitu berharga. Berbagi cerita dan tertawa bersama, lebih berkesan dari sekadar mengenang masa silam.Â
"Kamu baik-baik saja kan, Le?"
Naluri seorang ibu tak pernah salah. Beliau mampu menembus tabir yang tersembunyi di balik tembok beton sekalipun. Keresahan yang kusembunyikan, dapat terbaca dengan jelas.
Ibu tak pernah tahu, aku sudah bekerja di tempat baru. Dua tahun berkirim kabar tentang kebahagiaan dan prestasi. Namun kenyataannya, aku berulang kali kehilangan pekerjaan dan patah hati.Â
"Tak perlu khawatir, Bu. Bapak sudah memberiku wejangan dan tuntunan."Â
Sebelum pamit pulang besok pagi, malam ini aku ingin meluangkan waktu untuk berkunjung ke kampung sebelah. Nostalgia bersama teman-teman lama. Berbagi cerita dan mengenang kenakalan di masa remaja.Â
Biasanya kami menghabiskan malam di warung kopi milik Mak Ijah. Kadang pulang pagi. Bukan karena terlalu larut dalam obrolan.Â
Namun cerita-cerita arwah gentayangan, babi ngepet, kuntilanak dan kunyang, dari seorang kawan bernama Tono, sungguh membuat merinding.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!