Dan aku datang untuk mengucapkan kata-kata yang terkurung dari masa lalu.Â
"Kejar bunda!"
Dia adalah Habibah Nur Aisyah yang sama. Kali ini, ia tak sendirian menyusuri perkebunan teh di pagi hari. Di bawah sinar mentari, di Selabintana. Kabut tipis sudah berlalu.
Ay terlihat bahagia, berkejaran dengan gadis mungil berjilbab putih yang tak mau lepas dari pelukannya. Dan aku, memandang haru dari kejauhan.Â
Aku menuntaskan kerinduan berdebu di ujung waktu. Seuntai do'a terucap dalam hatiku, membenamkan ribuan pertanyaan dan mengiringi langkahku beranjak pulang.Â
"Senang melihatmu bahagia, Ay."Â
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H