Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Balada Totalitas

30 Mei 2021   12:11 Diperbarui: 30 Mei 2021   13:32 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Balada Totalitas /Foto: Peggy_marco Via Pixabay.

Mendengar hal itu, Badri mulai berhitung untung rugi. Meski berat, Badri mengambil keputusan untuk berhenti mengemis. Dan kembali ia teringat pada Dudu. Hal itupun, menambah bulat tekad Badri untuk berubah.

Ia berpikir, jika masih mengemis di tempat yang sama, maka sedekah yang diperoleh Dudu tak akan cukup untuk menghidupi anak-anak dan kakek tua di rumahnya. Dan jika berpindah lokasi, tentu akan ada Dudu lain yang terancam rejekinya. 

"Aku pamit, ya. Sekarang kamu sendirian di sini!" ucap Badri

Tak seperti biasanya, Badri sudah merapikan lapak sebelum matahari tepat di atas kepala. Hal ini membuat Dudu terpaku menatap Badri. Dua bulan lamanya "bekerja" bersama, akan aneh rasanya tanpa kehadiran Badri. 

Menyadari Dudu menatap sendu. Badri menghampirinya dan berkata, "aku sudah ada profesi baru, baik-baik mengemis di sini. Dan waspada, jangan sampai tertangkap petugas."

Dudu mengangguk tanda mengerti, ia masih terpaku melihat Badri beranjak pergi. Namun raut wajahnya berubah, saat melihat mobil sedan warna hitam melintas di ujung jalan. Ia menghela nafas dan berkata, "syukurlah."

Hari berikutnya, Dudu mengemis sendiri di lorong pertokoan elit tersebut. Benar saja, tak sampai sehari ia mendapatkan uang sedekah bertumpuk-tumpuk. Rejeki yang biasa dibagi dua, kini mengalir deras ke mangkuk miliknya. 

Rasa senang menyelimuti Dudu sepanjang hari. Dengan wajah yang lebih kotor dari biasa, dan pakaian yang lebih kusam dan compang-camping. Kini, tak ada lagi saingan yang mengancam rejeki yang datang.

Hingga suatu ketika, Dudu memutuskan tak melanjutkan mengemis sampai larut malam. Dia pulang menjelang sore dan beranjak dari tempat itu dengan senyuman. Ia bersiul dan melangkah santai sepanjang pertokoan.

"Besok mau liburan dulu, ah. Toh, sudah tak ada saingan. Badri benar-benar percaya pada totalitas akting yang kumainkan," gumam Dudu.

"Kuta Bali, aku datang!!" teriak Dudu, seraya menekan kuat-kuat pedal gas Jeep Wrangler, dan hilang ditelan keramaian lalu-lintas kota. 

"Di dunia yang penuh kepalsuan, orang-orang menyimpan kebenaran di dalam kotak deposit."

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun