Keesokan hari, Badri kembali mengemis bersama Dudu. Dan sama seperti sebelumnya, uang sedekah Badri lebih banyak dari Dudu.Â
"Hei, kau harus pasang tampang menyedihkan. Bajumu juga kurang compang-camping!" seru Badri.Â
Dudu tak menjawab apapun, ia malah memegang perutnya dan terlihat hampir pingsan. Matanya berkaca-kaca dan nafasnya kembang kempis.Â
Badri miris melihat hal itu. Ia menyuruh Dudu pulang, seraya menyelipkan sejumlah uang di kantung celana Dudu. "Ambil, pulang dan beristirahat saja hari ini."
Suatu sore mereka bertemu di tempat yang sama. Dudu kali ini memberanikan diri bertanya. Ia ingin mendapatkan resep mengemis sampai makmur seperti Badri.Â
"Hei, bagaimana cara kamu mendapatkan sedekah banyak sekali setiap hari?" tanya Dudu.Â
Badri memasang tampang serius. Ia mendekati Dudu dan berbisik, "kuncinya, totalitas."
"Maksudnya?" tanya Dudu dengan wajah penasaran.Â
"Mengemis itu profesi, kamu harus punya kreativitas dan target setiap hari. Yang paling penting adalah teknik mengemis," ungkap Badri.Â
"Kreativitas? teknik?" ucap Dudu terheran-heran.Â
"Gini loh, tujuan utama mengemis adalah mendapatkan belas kasihan. Maka kamu harus terlihat menyedihkan dan layak dikasihani!" terang Badri.Â