Hari itu, aku hadir menjelang injury time. Niatnya, agar tak perlu banyak berinteraksi dengan teman seangkatan. Cukup salaman dengan pengantin, foto, makan dan pulang.Â
"Hehey, perjaka terakhir kita sudah tiba."
Sial, kenapa mereka masih betah di pesta pernikahan orang. Niat menghindar, tak disangka malah terjebak di keramaian.Â
Beruntung tak bertemu mantan. Pasti keki rasanya, datang sendiri ke acara pernikahan teman seangkatan. Dan dia pasti datang bawa gandengan. Huft, syukurlah.Â
"No, Lidya baru saja pulang. Dia datang sama suami barunya, loh," ucap Kiki.Â
"Hah?" aku kaget mendengar kata "suami baru" memang kemana yang lama?
"Yee, mantanmu sudah tiga kali kawin cerai, Mono," Kiki tak ada akhlaq, dia malah gibah di acara pernikahan.Â
Wah, aku tak pernah stalking mantan. Mendengar ucapan Kiki, tampaknya aku harus menyesali itu semua. Setelah ini, mungkin aku akan mencoba kegiatan unfaedah tersebut.Â
"Mono Bin Sueb? yang dulu dijemur guru di lapangan basket sambil telanjang, kan?" tanya perempuan yang baru saja tiba.Â
Mono memperhatikan perempuan itu dengan seksama, bisa-bisanya dia bahas aib di tempat seramai ini. Lama mengingat-ingat, akhirnya ia mengenali sosok manis yang baru saja tiba.Â
"Bisa ae, Nik. Aku saja sudah lupa," jawabku.Â
Aini Ni'matullah. Di sekolah dahulu, kami biasa memanggilnya Ninik. Tidak banyak berubah paras cantiknya dari dulu. Benar-benar nikmat memandang wajah manisnya.Â