Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RA Kartini, Pernikahan Dini dan Mimpi yang (Belum) Sempurna

20 April 2021   22:09 Diperbarui: 24 April 2021   11:43 4088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi RA Kartini /Gambar: subpng.com

Pre-eklampsia di duga menjadi penyebab kematian beliau. Padahal usia beliau saat menikah sudah genap 24 tahun. Dimana resiko tinggi persalinan lebih banyak dialami oleh ibu hamil di usia < 21 tahun dan > 35 tahun. 

Pre-eklampsia, mungkin penyebab utama kematian Ibu. Namun, pernikahan dini adalah pintu masuknya. 

Sekedar catatan, RA Kartini adalah tokoh perempuan Jawa yang berpengaruh di masa politik etis Hindia Belanda (1900 - 1942). Dimana Kisah hidup dan perjuangan beliau, mendapat perhatian J.H Abendanon. Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda periode 1900 - 1905 inilah yang menyusun buku dan surat-surat beliau.

Pahlawan perempuan nasional, yang hidup di era yang sama. Mungkin mendapatkan momentum lebih baik untuk mengenyam pendidikan dan membangun sekolah bagi kaum perempuan. Bahkan lebih dari itu, berjuang dengan mengangkat senjata untuk membebaskan bangsa. 

Namun tidak untuk RA Kartini. Beliau menghadapi pergulatan yang cukup berat dalam kekangan keluarga ningrat yang feodal. Meskipun berhasil mendirikan sekolah wanita pada tahun 1903 dan mendapat dukungan pemerintah kala itu, perjuangan beliau belumlah tuntas. 

Perempuan di masa kini, meskipun menikmati akses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Namun, dukungan keluarga adalah yang paling utama. 

142 tahun setelah kelahiran pejuang emansipasi. Masa-masa sulit yang dialami oleh beliau, seharusnya tidak lagi terdengar. Ironisnya tak jauh beda. 

Hingga artikel ini ditayangkan, mungkin di beberapa daerah tengah terjadi pernikahan anak perempuan di bawah umur. Merenggut masa muda, dengan dalih kebutuhan ekonomi, adat atau akibat pergaulan bebas. 

RA Kartini mengalami pernikahan yang dipaksakan. Beliau bahkan tidak dapat memilih pasangan hidupnya sendiri. Bila perempuan di masa kini memiliki media sosial untuk menyuarakan kegelisahan. Maka di masa lalu, RA Kartini menuangkan kegelisahan tersebut pada jurnal surat kabar, buku catatan dan surat-surat kepada teman-teman di Belanda. 

Buku dan surat-surat beliau yang disusun oleh J.H Abendanon, sukses menjadi inspirasi bagi kaum priyayi dan terpelajar yang mengenyam pendidikan barat. Bagaimana kepedulian terhadap pendidikan kaum perempuan semakin tinggi, seiring pergerakan nasional yang dicetuskan Boedi Oetomo pada tahun 1908. 

Hingga kongres perempuan Indonesia pertama, terlaksana pada tahun 1928 dan satu tahun berselang dilaksanakan kongres wanita Indonesia pada tahun 1929. Dimana, lagu Ibu Kita Kartini di perdengarkan. 

Kesalahan terbesar generasi setelahnya, mungkin menempatkan RA Kartini terlalu melangit. Untuk perjuangan, gagasan dan cita-cita yang membumi. Dan lupa pada pergulatan dan kekangan yang beliau alami sampai akhir hayat. Bahkan meng"Kartini"kan tokoh pahlawan perempuan lain di era yang sama atau di era sebelumnya secara serampangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun