Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jo, Si Cabai Hijau

20 Maret 2021   12:07 Diperbarui: 20 Maret 2021   12:12 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jo, Si Cabai Hijau /Foto: Thechuk via Pixabay.

HARI yang cerah di lapak Pak Koming, di negeri dongeng. Di sana, cabai hijau kerap dipandang sebelah mata. Bernasib sama dengan cabai rawit, dan seolah-olah menjadi kasta rendahan dari bangsa cabe-cabean. 

Meskipun berukuran lebih besar, tetap saja tak bernilai. Meskipun jumlahnya banyak, tetap saja tak dilirik. Meskipun kualitasnya bagus, ya terserah selera yang punya kuasa. Hanya diambil satu dua, ditempatkan pada etalase paling depan. 

Kemungkinan dipilih, tidak selalu karena lama dalam keranjang atau mudah terlihat. Banyak yang sampai membusuk dan mati. Bisa karena putus asa, malu, atau tertutupi. 

Jo, si cabe hijau melihat hal itu kurang adil, dibandingkan dengan cabe-cabean warna lain. Jumlah dan kualitas boleh di adu. Tak jarang, cabai busuk berwarna lain langsung dipilih begitu saja. Diletakan pada etalase depan dan laku terjual. 

Lain dengan kaum cabe hijau yang punya kualitas bagus, harus menanti keajaiban dan berdo'a hanya untuk dipilih. 

Dengan rasa penasaran, Jo bertanya pada kaum cabai berwarna. Jawabannya diplomatis, yaitu sabar, tetap semangat dan jangan berhenti berusaha. 

Namun, ia melihat begitu banyak cabai hijau yang berusaha, sabar dan tetap semangat. Tetap saja, tak berharga. 

"Aku kesal, sudah berusaha maksimal. Eh, malah tidak dipilih!" keluhnya. 

Paprika yang berada di sebelah keranjang, mendengar keluhan Jo. Dan iapun berkata, "jangan takut, lama-lama kau akan terbiasa. Beban hanya akan membuatmu malas berusaha."

Jo, berpikir ada benarnya. Keinginan malah jadi beban. Padahal, dengan berada di keranjang dan dilihat pembeli, itu lebih dari cukup. Meskipun, harus berusaha lebih keras agar terlihat lebih banyak pembeli. 

Cabai hijau lain, berusaha untuk tampil di etalase. Namun, kalah saing dengan cabai berwarna lain. Tak masalah. Mereka hanya harus rajin menjelajahi lapak. Siapa tahu, nasib akan berubah. Tapi ternyata tidak. Biarlah itu urusan mereka, pikir Jo. 

"Aku, mau nyaman di keranjang ini sekarang." 

Jo, akhirnya menyadari. Bahwa Pak Koming tidak terlalu berselera pada cabai hijau dalam keranjang tempatnya, dan setengah hati menjajakan di lapak. Cabai hijau yang serupa cabai berwarna akan ia simpan di keranjang lain. Kemungkinan laku terjual lebih besar. Pilihan sudah pasti didapat.

Jo, bertanya pada paprika, "hai, Paprika. Kau tidak terlalu pedas. Namun, bisa laku terjual dengan mahal. Apakah, karena jumlah kalian terbatas?"

Paprika menjawab, "Jo, tidak semua cabai dipilih berdasarkan rasa pedas. Ada pertimbangan lain. Yakni, manfaat apa yang dapat kau berikan pada masakan."

"Saat ini, manfaat yang kau punya belum ramai dilirik. Mungkin, masakan yang membutuhkan manfaat darimu belum ramai juga dinikmati," tutup Paprika.

Mendengar jawaban paprika. Jo, bertekad tidak akan berhenti berusaha. Ia yakin, suatu saat. Mungkin, sebelum membusuk di dalam keranjang. Ia tak akan sekedar dipilih. 

Namun, lebih dari itu, ia akan menemui pembeli yang memborong cabai hijau. Menghargai dan menilai adil kualitas cabai, tanpa memandang warna-warni pada cabai.

**

  • Dengan usaha maka akan ada harapan. Begitupun sebaliknya. Tanpa usaha, tak akan ada harapan. 
  • Menyandarkan harapan pada manusia, hanya akan membuat kecewa. Sandarkan harapan pada usaha dan do'a.

Indra Rahadian  / 20.03.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun