Cabai hijau lain, berusaha untuk tampil di etalase. Namun, kalah saing dengan cabai berwarna lain. Tak masalah. Mereka hanya harus rajin menjelajahi lapak. Siapa tahu, nasib akan berubah. Tapi ternyata tidak. Biarlah itu urusan mereka, pikir Jo.Â
"Aku, mau nyaman di keranjang ini sekarang."Â
Jo, akhirnya menyadari. Bahwa Pak Koming tidak terlalu berselera pada cabai hijau dalam keranjang tempatnya, dan setengah hati menjajakan di lapak. Cabai hijau yang serupa cabai berwarna akan ia simpan di keranjang lain. Kemungkinan laku terjual lebih besar. Pilihan sudah pasti didapat.
Jo, bertanya pada paprika, "hai, Paprika. Kau tidak terlalu pedas. Namun, bisa laku terjual dengan mahal. Apakah, karena jumlah kalian terbatas?"
Paprika menjawab, "Jo, tidak semua cabai dipilih berdasarkan rasa pedas. Ada pertimbangan lain. Yakni, manfaat apa yang dapat kau berikan pada masakan."
"Saat ini, manfaat yang kau punya belum ramai dilirik. Mungkin, masakan yang membutuhkan manfaat darimu belum ramai juga dinikmati," tutup Paprika.
Mendengar jawaban paprika. Jo, bertekad tidak akan berhenti berusaha. Ia yakin, suatu saat. Mungkin, sebelum membusuk di dalam keranjang. Ia tak akan sekedar dipilih.Â
Namun, lebih dari itu, ia akan menemui pembeli yang memborong cabai hijau. Menghargai dan menilai adil kualitas cabai, tanpa memandang warna-warni pada cabai.
**
- Dengan usaha maka akan ada harapan. Begitupun sebaliknya. Tanpa usaha, tak akan ada harapan.Â
- Menyandarkan harapan pada manusia, hanya akan membuat kecewa. Sandarkan harapan pada usaha dan do'a.
Indra Rahadian  / 20.03.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H