Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lekas Lari, Cyno!

3 Maret 2021   12:10 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:21 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lekas Lari, Cyno (Foto: maraisea via Pixabay)

"Bagi setiap mahluk hidup, kebebasan adalah syarat yang melekat."

Jeep Wrangler merah, melaju dari arah Medan. Terlihat, anak lelaki cemberut duduk di bangku depan. Pengemudi di samping bergaya jamet dan memakai kacamata hitam.

Pengemudi itu melihat sekilas pada anak lelaki dan iapun berkata, "hey, jangan cemberut. Om jamin, dia pasti ketemu."

"Benar ya, Om. Vino dan ayah, sudah lima bulan mencari Cyno," ucapnya. 

"Tenang saja, percuma kamu punya paman polisi," jawab Jack. 

"Ayah bilang, Om preman," ujar Vino.

"Eh, iya. Maksud Om, teman-teman pamanmu ini yang polisi," terang Jack.

Mereka, berhenti tepat di kantor polisi sektor di wilayah Asahan. Bergegas menuju area parkir, Jack meminta Vino menunggu di mobil. Sementara, ia terlihat masuk ke kantor polisi.  

"Pagi, Ndan. Kasus gede nih, naik pangkat dong. Oh, di mana barang bukti disimpan. Aku mau cari barang hilang punya keponakan," ucap Jack. 

Perwira Polisi berpangkat dua bunga melati menjawab, "eh, salam dulu kek. Kasih dulu sini oleh-oleh kota. Kupikir, sudah lupa kau dengan aku."

"Kasus besar apa? banyak kasus besar di sini," lanjutnya. 

"Ah, yang viral Komandan," jawab Jack.

"Nah itu, kau dengar lolongan anjing dan suara kucing di ruangan sebelah," ujar Perwira tersebut. 

Tak lama, Jack mengajak Vino untuk ikut. Mereka berjalan menuju ruangan yang penuh dengan kandang, berisi kucing dan anjing. 

Beberapa aktivis pecinta hewan, mendata dan memastikan kesehatan hewan-hewan hasil sitaan tersebut. Kemudian, Jack dan Vino menyisir setiap kandang. Mencari anjing peliharaan, yang hilang dicuri lima bulan lalu.

"Cyno, Cyno, apakah kamu ada di sini!?"

Mentari terik bersinar dari daun jendela kusam bilik bangunan. Di dalamnya, ada teralis ukuran 2 x 2 meter persegi. Itulah kandang yang mengurung seekor anjing kurus dan kelaparan. 

Dari sebelas ekor di dalam kandang, hanya tersisa seekor. Dialah Cyno, seekor anjing yang kehilangan tuan dan harus hidup di dalam kandang, berbulan-bulan lamanya. 

Cyno tak dapat lagi menyalak. Tenaga untuk bernafas, lebih berguna agar bertahan hidup. Ia menatap lirih pada jeruji besi, berharap itu makanan. Lebih dari sepuluh kali ia mencoba menggigit jeruji. 

Dua taringnya hilang, amat sakit dan sesal. Hingga, berhari-hari Cyno harus menahan lapar. Biasanya, ada orang yang memberi makan sisa nasi atau tulang ikan.

Namun, sudah lebih dari seminggu tak ada orang yang datang. Cyno merasa ada yang aneh. Biasanya, ramai terdengar lolongan atau gonggongan anjing lain.

Langkah kaki manusia terdengar, pintu terbuka. Cyno menatap tajam pada orang yang masuk ke ruangan. Ia mengenali, orang itu yang sering memberi makan. 

Jeruji terbuka dan tulang sapi di lemparkan ke dalam kandang. Cyno, mendekati tulang itu dengan curiga. Nafasnya berat dan hanya dapat mendengus, kala orang itu bersandar pada kandang. 

Andai taringnya tidak patah, tentu Cyno akan menggigit. Andai tenaga masih ada, tentu ia akan melarikan diri. 

"Nasib baik, engkau tidak dapat menyalak. Mereka, tidak membawamu. Tersisa satu makanan untukku. Malam ini, aku mau masak enak" racau orang yang bersandar di kandang. 

"Lapor, Ndan. Tersangka melarikan diri. Ini hari, harusnya kami bawa ke kejaksaan."

Laporan salah satu anggota kepolisian, mengagetkan se-isi ruangan. Hal itu, membuat perwira berpangkat bunga melati bernama AKBP Togar, segera memberikan perintah mengumpulkan seluruh anggota.

Mereka berkumpul di depan kantor. Jack ikut berdiri di dekat pintu masuk, iapun mendengarkan perintah dan rencana anggota kepolisian. 

"Sebar anggota di terminal, pasar dan cek setiap angkutan umum. Bawa kembali tersangka, secepatnya!" 

"Ijin, Ndan!" teriak Jack. 

Barisan anggota kepolisian menatap Jack dan terlihat AKBP Togar, mengangkat bahu dan kedua tangan. Pertanda, mempersilahkan Jack untuk berbicara. 

"Tersangka, tak akan kemana-mana. Kasus ini viral, tak akan ada sopir angkutan yang mau antar. Tak ada kendaraan hilang di kantor ini, berarti tersangka kabur dengan berjalan kaki," ucap Jack. 

"Lantas, kemana dia akan pergi?" tanya AKBP Togar. 

"Dia kembali ke rumahnya," jawab Jack.

Riuh tawa anggota kepolisian memenuhi halaman kantor. Mereka meragukan dan menganggap lucu dugaan Jack. Melihat hal itu, AKBP Togar memerintahkan seluruh anggota menjalankan rencana semula. 

"Jack, biar kutemani kau ke rumah tersangka," ucapnya berbisik.

Perkebunan sawit, di tepi kampung yang sepi. Tampak bangunan semi permanen beratap seng yang terlihat kumuh. Aroma menyengat menusuk hidung, membuat Jack kembali meminta Vino menunggu di mobil. 

AKBP Togar dan Jack bergegas menuju rumah tersebut. Tiba di pintu depan yang masih terpasang garis polisi, Jack melihat ke sekeliling dan menemui jejak kaki yang masih baru di samping rumah. 

"Jack, garis polisi masih terpasang. Tak ada siapapun di dalam," teriak AKBP Togar.

"Buka saja pintunya," pinta Jack. 

AKBP Togar masuk ke dalam, melangkah berhati-hati dan memeriksa ruangan yang sudah kosong. Beliau terlihat bersiaga, tangan berada pada posisi mencabut pistol.

Dugaan Jack, mungkin benar karena pintu belakang terlihat tidak tertutup rapat. AKBP Togar masuk lebih dalam ke belakang. Tiba pada sekat salah satu ruangan, beliau mendengar suara nafas tersengal. 

Dan, tiba-tiba sebuah parang panjang mengayun tepat di depan wajah beliau. Hampir saja mengenai leher. Refleks, AKBP Togar mencabut pistol dan mengambil posisi menembak. 

"Brukk," sosok tersangka sudah roboh di terjang Jack. 

"Jangan sampai buang peluru, uang negara itu!" ujar Jack.

"Aku mau pakai gagangnya sajapun," jawab AKBP Togar. 

AKBP Togar segera mengamankan tersangka, beliau memasangkan borgol dan segera memanggil bantuan. Lalu, memperbaiki posisi tubuh tersangka dan berusaha membuatnya siuman. 

Sedangkan Jack, terlihat sudah membawa Cyno di pangkuan. Anjing peliharaan keponakannya itu, harus segera dibawa ke dokter hewan. Kondisinya lemah, luka-luka dan memprihatinkan. Namun beruntung, tak sampai berakhir di penggorengan. 

"Cyno, Cyno!"

Teriak Vino, begitu melihat pamannya mendekat ke mobil dengan membawa hewan peliharaan kesayangan bernama Cyno.

Cyno yang lemas di pangkuan Jack, mendadak melompat dan berlari ke arah Vino. Ia menyongsong tuan yang hilang.

Vino sampai menangis melihat Cyno berlari ke arahnya. Cyno terlihat kurus dan kusam. Vino membawanya naik ke mobil. Hewan peliharaan kesayangan, akhirnya ditemukan. 

Jack dan Vino meninggalkan AKBP Togar. Tak lama, beberapa anggota Polisi tiba di lokasi. Merasa meremehkan dugaan Intel Polisi senior. Mereka memberi hormat saat berpapasan dengan Jack. 

"Om, kok bapak-bapak polisi itu hormat ke kita?" tanya Vino. 

"Om tadi bilang, kamu itu anak jenderal," jawab Jack sambil tertawa. 

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian/ 03/03/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun