"Halo, Owa. Apakah kau mengetahui dimana Enggang Gading tinggal?" tanya Jeni.
Owa menjawab, "kau tidak akan menemukannya di dataran rendah. Dia hanya tinggal di pohon-pohon tinggi. Tak pernah mencari makan di permukaan tanah. Pergilah ke Gunung Palung, Betung Kerihun atau Bukit Baka. Di sana, ia masih terlihat."
Setelah mengucapkan terima kasih, Jeni bergegas terbang menyusuri sungai Kapuas, mengambil jalan anak sungai Kali Cimanuk. Jeni melayang di atas aliran sungai, sesekali bermain air.Â
Ia melayangkan sayap kecil naik dan turun. Jeni, sangat menyukai keindahan alam di kiri-kanan. "Andai tempat tinggalku seperti ini," ucap Jeni dalam hati.Â
Setelah mendekati wilayah Doerian Sebatang, Jeni mulai melihat pohon-pohon besar tinggi menjulang. Pohon rindang di tepi sungai, terlihat seperti menyangga langit. Riang burung dan hewan bersahut-sahutan.
"Hutan rimba, aku datang!" seru Jeni.
Jeni hinggap di salah satu pohon besar, menarik nafas panjang. Lelah rasanya seharian menyusuri sungai. Memutar lehernya ke kiri dan kanan. Hingga, sesuatu menjerat Jeni. Besar, panjang dan berwarna hijau tua. Oh, tidak. Itulah Ular Bajing dan Jeni dalam bahaya.Â
"Aha! mangsaku sudah tiba!"
Jeni tak dapat bergerak, ekor ular menjerat kuat. Iapun berteriak minta tolong, berharap ada makhluk hutan menyelamatkan nyawanya.Â
"Pluk" sebuah biji jatuh ke dahan. Dan tak lama, pluk..pluk..pluk, biji-biji berhamburan mengenai kepala Ular.Â
Kemudian, suara berisik terdengar nyaring. Terlihat siluet burung besar merentangkan sayap, membuat sang ular ketakutan. Iapun melepas jeratan pada Jeni, dan bergegas turun menghilang.Â
Enggang Gading, bertengger di atas pohon besar. Gagah perkasa dan berwibawa. Terdapat gading pada kepala. Paruh tajam berwarna kuning. Ekor menjuntai berwarna putih bergaris hitam. Dialah perlambang Kalimantan Barat yang termasyhur.Â