Hingga, mereka tiba pada sebuah tempat. Terdapat tiga pohon jeruk yang berbuah lebat. Tak ada pohon lain di sekitarnya.
"Ayah, inikah pohon jeruk yang kita tanam dahulu?" tanya Husin.Â
"Kau ingat bagaimana mereka tumbuh?" Ayah balik bertanya.Â
"Dahulu tunas-tunas banyak sekali. Kenapa yang tumbuh besar hanya tiga pohon jeruk," ucap Husin.Â
"Alam memilih tunas yang berusaha paling gigih bertahan dan berjuang untuk hidup," jawab Ayah.Â
"Lalu, apakah aku harus seperti tiga pohon jeruk ini? bertahan pada kondisi yang tidak menyenangkan," tanya Husin.
Ayah berkata, "Husin anakku, jangan takut gagal atau miskin. Usahamu yang menentukan keberhasilan. Jika kau tidak senang dengan pekerjaanmu, carilah pekerjaan lain yang membuatmu senang."
"Kau bukan pohon, anakku. Maka berjuanglah dengan caramu," tutup Ayah.Â
Husin tersenyum, dan merangkul ayah dengan erat. Ia merasa, masih kanak-kanak di hadapan ayah. Kebajikan ayah bukan hanya kata-kata, lebih dari itu adalah teladan.
Tiga pohon jeruk memberikan pelajaran pada Husin. Tidak semua biji dapat menjadi tunas, tidak semua tunas dapat tumbuh tinggi. Dan, tidak semua pohon yang tumbuh dapat berbuah. Perjuangan pohon menentukan kelangsungan hidupnya.
Mereka tidak bisa memilih selain bertahan. Namun Husin bisa memilih dan menentukan, kemana ia akan melangkah setelah tumbuh besar. Diam dan menyerah, bukanlah pilihan.