"Tentu, kehidupan akan selalu menemukan jalannya," jawab Ayah.
Waktu berlalu, Husin kali ini melihat tunas-tunas jeruk tumbuh lebih tinggi. Iapun segera menceritakan pada Ayah, bagaimana tunas-tunas jeruk tumbuh tinggi. Padahal, tidak ada yang merawat.
"Ayah, tunas-tunas jeruk sudah bertambah tinggi," ujar Husin.
"Tentu, alam merawat kehidupan dan tunas-tunas itu tumbuh dengan baik," jawab Ayah.Â
Husin kian bertambah dewasa, dan mulai luput memperhatikan pohon-pohon jeruk yang semakin tumbuh tinggi. Ia mulai sibuk dengan tugas kuliah, hanya seminggu sekali pulang ke desa, tak ada cerita lagi tentang pohon jeruk pada Ayah.Â
Lima belas tahun berlalu, setelah Husin dan ayah menanam biji-biji jeruk di pinggir jalan.
Ayah sudah tidak bekerja, menikmati masa tua dengan bercocok tanam di belakang rumah. Menanti Husin yang sudah dewasa, bermain ke rumah bersama keluarga kecilnya. Husin kini, sudah menjadi seorang ayah dan bekerja di kota.
Husin dewasa, kali ini berkunjung bersama istri dan bayi mungilnya. Ia membawa sekantung jeruk dan oleh-oleh dari kota. Berlibur di desa dan mengunjungi orang tua, selalu menjadi pilihan Husin di waktu senggang.
Husin bercerita pada Ayah, bagaimana ia menjalani kehidupan dan bekerja di kota. Kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi, serta niatnya untuk berhenti dari pekerjaan dan merawat ayah di desa.Â
"Ayah, kehidupan di kota semakin sulit. Haruskah aku menyerah. Biarlah aku dan keluarga tinggal di sini, merawat Ayah," ucap Husin.Â
Ayah hanya tersenyum, beliau tak menjawab apa-apa. Malah mengajak Husin untuk bersepeda. Menikmati suasana desa seperti dahulu, saat Husin masih kanak-kanak.