Hidupku hampa, mimpi-mimpi getir masa silam membayangi tidurku. Hingga, aku memutuskan menyerahkan warung nasi pada kerabat Darsinah.
Aku mau pergi, ke tempat dimana aku bisa melupakan masa-masa getir. Tercerabut dari kampung halaman, hidup menggelandang di jalanan ibukota dan kehilangan satu-satunya orang yang mencintaiku.
Batam, 2021
Hari ini, aku mencatat kisah hidupku dalam buku tulis bekas. Anak perempuan berjilbab kuning, memberikan dengan cuma-cuma.
Dia baru pulang mengaji, di mushalla yang kubersihkan tiap sore. Neneknya, baru dua bulan kunikahi. Mereka menerimaku dengan tangan terbuka.Â
Ahk, tubuhku butuh berbaring. Dua cangkir kopi Bude sudah membuat perutku kembung. Biarlah, daganganku tak laku hari ini. Tak akan basi barang-barang bekas ini dimakan lalat.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian, 07/02/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H