"Hari masih tersisa, keputusan belumlah diambil. Bersabarlah, Hasad," jawab Hasan.
Kepercayaan diri Hasan, membuat khawatir pekerja. Melihat, hasil panen Hasad yang melimpah. Jika dibandingkan dengan Hasan. Hasil panen Hasad, jauh lebih banyak.
"Apakah Tuan yakin, hasil panen kita akan menang penilaian pemimpin bijak," tanya pekerja.
"Kalian sudah melakukan yang terbaik, saatnya berdo'a," jawab Hasan dengan yakin.
Hari penentuan telah tiba, seluruh hasil panen tersusun rapi di depan istana.
Pemimpin Bijak, memanggil salah satu dari masing-masing pekerja. Mereka, berdiri di depan hasil panen Hasan dan Hasad.
Pemimpin Bijak bertanya,"para pekerja, apakah kalian puas dengan panen yang dihasilkan. Lalu, seperti apa kepemimpinan tuan kalian?"Â
Pekerja Hasan, menjawab lebih dahulu. Ia berkata, "Tuan Hasan sangat bijak, beliau membiarkan alam bekerja untuk kebun."
"Semua pekerja, mendapat tanggung jawab yang setara. Tanaman sehat dan berbuah lebat. Kami, hampir tidak pernah memakai cairan pengusir hama," tutupnya.
Tibalah pekerja Hasad berbicara, "Tuan Hasad sangat memaksa. Sejak hari pertama bekerja, tenaga kami diperas seperti kerbau. Tak ada waktu beristirahat. Bahkan, tak jarang ada yang sakit."
"Hasil panen kami, melimpah. Namun, kualitasnya kurang baik. Terlalu banyak cairan pengusir hama. Kupu-kupu dan lebahpun tak sudi hinggap," tutupnya.
Mendengar penjelasan kedua pekerja, Hasad tak lagi mampu berkata-kata. Ia tertunduk malu, dan gemetar ketakutan.Â