"Pak Rudy gimana sih, laporan pembelian minggu lalu masa belum selesai, terus bagaimana Finance bisa atur duit untuk pembelian selanjutnya!?" Terdengar suara Pak Bambang bergema dari dalam kantornya.
Pak Rudy keluar ruangan kantor Pak Bambang dengan wajah kusut, mengambil tas kerjanya dan terlihat sedikit merapihkan meja kerjanya, kemudian berjalan turun kelantai dasar untuk pulang.
"Nah ini, biang keroknya!" Ujar Pak Rudy sambil menatap Doni.
Doni yang baru saja mengendongkan tas pada punggung dari atas meja kerjanya, terperanjat kaget dan berkata, "bukan saya Pak, itu anak baru yang belum kasih saya berkas asli sama copy lampirannya."
Mereka pun berjalan bersama turun kelantai dasar, terlihat akrab dan asyik bercengkrama sepanjang jalan, hingga berpapasan dengan Abdul sebelum keluar melalui lobby kantor.
Abdul yang baru selesai mencuci box bekal makannya dari pantry sore itu, merasa ada yang aneh pada tatapan kedua rekan kerjanya tersebut.
"Anak baru, udah gabut!" Samar suara yang terdengar oleh Abdul, sementara terlihat mereka berdua sudah jauh berjalan menuju arah yang berbeda.
Abdul sempat berpikir, apa kesalahan yang diperbuat hari ini, sampai-sampai rekan kerjanya tidak bertegur sapa sebelum pulang.
Kemudian diapun tersenyum, setelah melihat Vespa tuanya yang terparkir rapih dalam deretan motor-motor model terbaru.
Dalam hati Abdul, yang lebih penting dia tahu apa yang dia kerjakan sesuai dengan tugas dan kewajibannya, tak lama kemudian Abdul dengan wajah cerah bersinar melaju dengan Vespa tuanya meninggalkan komplek perkantoran elite tersebut.
Didalam gedung, Pak Bambang berjalan melewati meja kerja Doni dan melihat susunan rapih berkas-berkas laporan pembelian dengan sebuah pesan dibawahnya, pada selembar post-it yang tersobek bertuliskan, "Done 11.30 AM - ABDUL".