Burung jalak terbang turun kebawah, mendekati si kucing hutan dan menjawab, "manusia memberikan nama jalak padaku hai kucing hutan, dan aku bisa menirukan suara burung lain yang pernah ku dengar dari dalam sangkar."
"Lantas apakah kau punya nama?" Burung jalak pun bertanya.
"Namaku kaka si kucing hutan biasa ibu memanggilku," jawab si kucing hutan.
Burung jalak pun terbang keatas, sebelum bertambah jauh dia berkata pada kaka si kucing hutan, "aku harus menemukan pohon besar untuk membuat sarang, selamat tinggal hai kaka si kucing hutan."
Kaka si kucing hutan yang menyaksikan burung jalak terbang menjauh, mulai beranjak bangkit lalu berkata. "Selamat tinggal burung jalak, akupun harus segera pergi, menjauhi rumah-rumah manusia yang semakin dekat."
Dari rimbun pepohonan dan akar-akar rambat yang menjuntai, terlihat kaka si kucing hutan pun berjalan dengan gontai menahan sakit pada kakinya, lalu perlahan-lahan menghilang dari pandangan, ditelan rerumputan tinggi yang menjulang menari.
*******
Alih fungsi hutan lindung dan lahan pertanian menjadi perkebunan industri dan bangunan rumah, pabrik, gedung perkantoran dan pusat niaga, lambat laun akan menggerus habis habitat satwa liar.
Ditandai semakin berkurangnya populasi hewan dialam liar yang masih bertahan, sementara hewan langka tinggal menunggu punah, dan mungkin dimasa depan anak cucu kita hanya dapat melihat aneka ragam satwa hanya didalam kebun binatang.
Tentunya manusia sebagai mahluk beriman harus mencegah hal itu bertambah buruk, berbaik hati dan pedulilah pada sesama, pun kepada seluruh mahluk ciptaan Nya.
*Referensi alternatif untuk dongeng anak sebelum tidur.