Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Kecil dari Jagakarsa (Part 1)

26 Agustus 2020   16:03 Diperbarui: 26 Agustus 2020   16:00 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lah iya sampe sekarang sudah 7 tahun setelah jatuhnya rezim tirani, rezim belukarmu itu, yang meskipun sudah dibakar, lambat laun akan tumbuh lagi, cepat atau lambat." Jawab aktivis Muda.

Aktivis tua setengah berorasi dalam obrolan hari itu.

Dia berkata "azas tunggal negara ini telah bertahun-tahun dipakai membantai ribuan orang yang menolak tunduk pada komando rezim otoriter, jadi saat rezim itu tumbang maka yang terjadi adalah timbulnya medan pertempuran orang-orang kalah dan yang dulu terkekang lalu mulai menancapkan ideologi-ideologi aneh pada anak-anak muda".

Menarik nafas tanpa menghisap rokok, lalu melanjutkan.

"Orang orang aneh yang berbicara berbicara demokrasi pancasila, kadang berbicara ideologi dan agama namun mengedepankan kepentingan segelintir kaum tapi mencatut dan mengatasnamakan rakyat lah, seluruh umat Islam lah, tanpa paham bahwa Pancasila itu basisnya adalah kebudayaan".

Asep dan Ujang yang sedari tadi mendengarkan, mulai penasaran untuk bertanya.
Disela – sela rasa penasarannya Ujang bertanya "Kemerdekaan berfikir dan berpendapat dilingkungan kampus, menjadikan bangsa ini kaya akan bibit - bibit konflik ideology dan perpecahan ga bang?"

" Tidak sepenuhnya benar, karena makin terjejali pikiran mahasiswa dengan berbagai paham – paham ideology yang militant dan radikal sekalipun, apabila mahasiswa tersebut punya lingkungan pembanding yang kontra akan pemikiran – pemikiran utopis, maka hanya akan terjadi try and error selama masa perkuliahan, hasilnya paska lulus kuliah yang tinggal hanyalah dongeng." Jawab aktivis Tua.

Tak mau kalah, aktivis Muda pun memberikan pandangan nya.
"lain cerita jika mahasiswa terafiliasi dengan organisasi sayap partai politik berkedok organisasi kemahasiswaan atau ormas dan yang lebih bahaya menjadi hedonis dan apatis kayak sekarang, karena kerugian terbesarnya adalah hilangnya momentum merasakan dinamika dan romantika mahasiswa sebagai mahluk yang merdeka secara pemikiran."

"Lah iya, bukan cuma merdeka di kost-kostan." Jawab Asep sambil melirik Ujang.

"Karena sejatinya mahasiswa wajib mengkritisi setiap kebijakan pemerintahan yang dirasa tidak relevan, mencaci maki koruptor, maling-maling itu loh dan bersuara sesuai kebenaran yang tidak memihak." Aktivis Tua mengakhiri.

"Abang bicara lebih lancar dari dosen ya". Puji Asep kepada kedua aktivis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun