Kini, Indonesia telah menapak ke zaman baru: zaman posmodern. Zaman di mana konstruksi-konstruksi modern didekonstruksi, zaman di mana diferensiasi-diferensiasi zaman modern didediferensiasi. Zaman di mana pluralitas dirayakan kembali. Zaman di mana "komunikasi penguasaan" diganti dengan "komunikasi bebas penguasaan" disebarkan. Zaman di mana "demokrasi ortodoks" dihapus, diubah dengan "demokrasi radikal" ala Habermasian. Zaman di mana harapan baru akan kesetaraan bangkit ke depan, memimpin peradaban manusia. Bagi para konsumer ilmu pengetahuan Eropa di Indonesia, masuknya Indonesia ke zaman posmodern ini membersitkan harapan akan hadirnya ilmu pengetahuan yang tumbuh dari pendekatan dari bawah, dan bukannya yang dijatuhkan dari pendekatan dari atas seperti yang terjadi di zaman modern. Apalagi ini didukung oleh kemenangan Teori Kritis ala Habermas di Eropa yang mengembalikan otonomi dan tanggung jawab manusia melalui rasio yang memihak pada kepentingan emansipatoris.Â
Â
Kiranya, bersandar dan berpegang pada fenomena ini maka patutlah ditancapkan harapan setinggi-tingginya akan hadirnya model ilmu pengetahuan yang berkarakter Indonesia, atau setidaknya terjadinya pribumisasi ilmu pengetahuan Eropa yang natural dan tidak represif yang mengIndonesia. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H