Hari senin n "I hate monday"
Mengapa Senin dibenci?
Di Yunani warganya lebih suka pensiun daripada berkarir.
Di US ada retirement plan 401 yang katanya bisa menjamin pensiunan hidup layak.
Di jepang pensiunan dibayari negara dan perusahaan untuk plesiran dann istirahat dengan sangat layak.
Masa pensiun menjadi suatu hal yang didambakan oleh mereka yang berkarir.
Intinya, di negara-negara maju sana pensiunan = keren
Artinya:
Punya waktu senggang, uang cukup, lantas jalan-jalan liburan kemana-mana.
Karir bukan hal yang diimpikan, biasa saja, sudah seharusnya dijalani.
Mayoritas sadar bahwa karir = kerja keras untuk biaya pensiun layak.
Bahkan banyak yang bela-belain kerja saat wiken biar ada income lebih -- sayang tenaga masih  kuat dibuang untuk  wiken 2 hari yang tidak menghasilkan :p
Gara-gara ini, banyak yang keluarganya kurang perhatian, broken home, broken family.
Bagi keluarga yang bisa survive, maka akan masuk masa pensiun dengan sukses bersama pasangan...
Mereka yang broken home tidak punya keluarga, cari "keluarga" baru di tempat kerja :P
Makanya Senin dibenci sebagai hari awal dari kerja keras, tapi fokusnya jelas untuk pensiun, jadi masa nikmatnya panen masih lama.
Jadi pola ini namanya:Â kerja untuk pensiun
Di Indonesia sini, Senin juga dibenci tapi dengan alasan berbeda.
Bedanya di sini warganya lebih suka berkarir daripada pensiun.
Bahkan kalo bisa berkarir terus seumur hidup tanpa pensiun.
Pensiun jadi prioritas terakhir --Â itu juga kalo masih dapat tempat masuk daftar prioritas :P
Banyak yang sudah pada pensiun tetap maksa bagaimana caranya bisa balik berkarir (biar tetep kelihatan keren) apapun lah karir itu bentuknya, biasanya bikin usaha, jadi pengusaha dadakan misalnya..
Bahkan kantornya pun sangat mendukung dan membantu persiapan jadi pengusaha dadakan ini
agar si calon pensiunan bisa tetap terlihat keren di masa pensiun nanti.
Padahal disini mayoritas pensiunan gak keren, karena ga punya cukup uang, adanya waktu luang.
Uang yang ga seberapa dipake untuk usaha dadakan yang biasanya seumur jagung alias besar pasak daripada tiang.
Akhirnya jadi seperti pengangguran yang terlihat keren.
pensiun disini artinya ga produktif, ga cukup uang, ga cukup tenaga, ga punya kuasa, ga dianggap
padahal sdh terlanjur tampil dg biaya gaya hidup "wah" saat berkarir
di sini, pensiun = manyun
di sini, retired = expired :D
makanya banyak yg pensiun tanpa karir lanjutan lantas sakit, aneh2 pula sakitnya
disini, rata2 hasil yg didapat saat berkarir, mayoritas dikonsumsi di masa yg sama,
hampir tak ada sisa untuk dinikmati saat pensiun
kalo pun ada biasanya berupa aset-tetap yg dipakai sendiri agar tetap terlihat keren dan itupun sdh diincar para calon ahli waris (anak/mantu) yg siap "ribut bertempur bunuh2an" rela pecah keluarga asal kecipratan.. --makin kasihan lg kl bakal warisan itu didapat dr hasil kkn saat berkarir punya kuasa
kl pun aset itu dijual umumnya bukan utk hepi2 selama pensiun, tapi untuk bakal dibagi2 waris atau krn sdh ga kuat biaya pemeliharaan plus biaya gengsi gaya hidup yg hrs dilakoni atau malah utk biaya pengobatan sakit aneh2 --yg obatnya jg aneh2 harganya
Jadi di negara sini fokusnya terbalik, bukan pada pensiun, tapi karir.
Semua energi diarahkan untuk karir.
Padahal di sini nilai keluarga begitu dipuja.
Yang fokus satu saja di karir atau keluarga lantas habis dibully or dihinadina--Â apalagi yang gagal.
Tuntutannya jelas, harus sukses di karir dan sukses bikin keluarga.
Lalu muncul konflik karir-keluarga, muncul diskriminasi gender-role.
Muncul puncak kelelahan setelah bertarung berkarir seminggu.
Banyak yang cari solusi, saat wiken, libur dan cuti jadi pelampiasan.
Kenaikan upah/gaji/bonus/tunjangan dan penambahan hak libur/cuti jadi semacam obsesi perjuangan "suci".
Rekreasi belanja jalan-jalan mahal pun ditebus, jika perlu dengan berhutang.
Tidak aneh di sini banyak pusat perbelanjaan, pusat rekreasi, objek senang-senang/wisata milik warga negara lain utk nampung uang yang siap dikucurkan tadi.
Jika kurang, masih banyak objek di luar negeri yang sangat senang hati menerima uang hasil berkarir itu -- tentu saja bukan dalam bentuk Rp tapi USD, SGD, Euro dkk.
Semua ditebus dengan alasan asal puas dan ada semangat baru untuk berkarir minggu depan.
Berkarir itu jadi melelahkan tapi rewarding, sayangnya, habis dinikmati juga dalam masa yang sama.
Awal pertarungan karir adalah senin...mungkin itulah makanya di sini Senin juga dibenci (lalu salah apa yg telah dilakukan oleh hari Senin??)
Jadi di Indonesia sini:Â pensiun untuk kerja
Pertanyaanya:Â mana yang bagus, "kerja untuk pensiun atau pensiun untuk kerja?"
Jawabannya tentu saja silahkan pilih salah satu :D
Tidak ada pilihan yang salah asal tahu kuncinya.
Kuncinya: Â punya persiapan yang tepat
Ah, apapun motivasinya.
Jangan sampai salah mempersiapkan pensiun ya..
Mari sebarkan energi dan berbagi semangat Senin.
Senin tetap perlu ada dan penting, supaya bisa bertemu wiken depan.
Selamat hari Senin!!! :)
(+$+INR+$+)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H