Mohon tunggu...
Indra Darmawan
Indra Darmawan Mohon Tunggu... Administrasi - Reguler Citizen

Ciptaan Tuhan | Greedy for Knowledge | Peaceful Life Seeker | Author of My Life's Story

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Operasi Politik OTT Edhy Prabowo

28 November 2020   13:02 Diperbarui: 28 November 2020   15:27 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dan itu berhasil. Koalisi KMP (Koalisi Merah Putih) bubar jalan, kocar-kacir bak ditertibkan Satpol PP. Dan Golkar merapatkan barisan ke JKW.  

Pada Pemilu 2019, JKW mendapat sentimen negatif dari kalangan islamis. Walhasil JKW pun menggaet KH Ma'ruf Amin (selanjutnya disebut KMA) yang notabenenya Ketua MUI dan Ra'is 'Aam PBNU. NU merupakan organisasi muslim terbesar di Indonesia.

Intervensi politik JKW terhadap kelompok islam membuahkan hasil. Pokok-nya kalau menolak JKW berarti dia non-Banser. Banser adalah pendukung NKRI (dan juga JKW).

Walaupun ada kelompok islam garis kiri yang tidak terjangkau atau tidak dijangkau. Di kali lain penulis akan membahasnya.

Yang ketiga adalah dengan menarik PBS ke dalam kabinet. Tentu saja agar porsi dukungan politik Gerindra dan pengikutnya tetap ke JKW. Tapi ini tidak semulus itu, Ferguso!

Sejumlah elemen Gerindra dan kelompok islam kiri yang masih membersamainya kerap mengkritik JKW. Kritik itu tetap konsisten hingga kini dilancarkan. Perlahan tapi pasti mendeligitimasi peran kepemimpinan JKW.

Terlebih lagi elite Gerindra seperti Fadli Zon yang istiqamah menelanjangi keputusan-keputusan pemerintah yang dinilainya tidak benar dan tidak baik.

Kerumitan Relasi Politik JKW dengan PBS juncto DKI Jakarta

Mulai dari era JKW yang menjabat Gubernur DKI Jakarta, kegubernuran DKI Jakarta menjadi bekal politik untuk ke istana. Tak hanya menjadi bekal politik, tapi ianya menjadi simbol perlawanan politik oposisi.

JKW sewaktu menakhodai Jakarta merepresentasikan simbol opisisi PDIP terhadap kekuatan eksisting Partai Demokrat juncto Pak Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut SBY).

Simbolisasi JKW vs SBY semakian kuat. Rivalitas ini di sisi lain sebagai ajang pencarian dukungan politik untuk pilpres di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun