Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyelaraskan Partitur dengan Teriakan Suporter di Stadion

4 Juli 2023   20:11 Diperbarui: 4 Juli 2023   20:15 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Back Home yang dinyanyikan oleh Gordon Banks dkk. Sayangnya pesan di lagu ciptaan Bill Martin dan Phil Coulter ini tak mampu diwujudkan di lapangan hijau. Inggris gagal membawa pulang Piala Dunia kembali ke rumah.

Pada Piala Dunia 1970, Inggris kalah 2-3 dari Jerman Barat, tim yang mereka kalahkan di final Piala Dunia 1966.

Memasuki 1980-an, sepak bola dan musik makin erat bergandengan tangan. Upaya untuk menyelaraskan partitur di lagu dengan suara suporter di stadion makin jelas terasa.

Pertandingan Piala Dunia, EURO ataupun final kompetisi kontinental seperti Liga Champions seperti jadi panggung bagi pemain untuk menguji pita suara mereka.

Dari We Have a Dream hingga Ossie's Dream yang dinyanyikan penggawa Tottenham Hotspur membuat musik menjadi bagian dari identitas klub, sepertinya hal logo, jersey dan syal.

Ekspresi Suporter Paling Tulus

Nyanyian sepak bola di stadion atau yang bisa kita sebut chant, terdengar seperti hanya teriakan keras atau kata-kata pendek. Namun tak sekedar itu, chant biasanya berupa lirik pendek dan terkadang lagu yang lebih panjang.

Suporter nyanyikan chat berulang-ulang, terkadang disertai dengan tepuk tangan dan alat musik dan aksi koreografi. Chant seperti disebut di atas sudah dilakukan sejak akhir abad ke-19.

Ditilik lebih dalam, penyanyi folk Martin Carthy menyebut bahwa chant di sepak bola adalah satu-satunya perwujudan tradisi rakyat yang hidup secara organik di tengah masyarakat.

Chant juga ekspresi paling tulus suporter di ruang publik dengan unik dan memiliki identitas kolektif. Meski tak bisa dipungkiri, aspek kontroversial juga ada di pertautan antara musik di suporter sepak bola.

Ini tergambar dari nyanyian anti-semit suporter Tottenham Hotspur. Nyanyian anti-semit juga disuarakan suporter klub Argentina, Club Atltico Atlanta di tahun 1960-an serta sebagian suporter Ajax di awal 1970-an. Ini nada sumbang yang biasa kita dengar di sebuah lagu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun