Kampanye Anti Rasial di Lapangan Hijau
Meski tak ada laporan bahwa Gandhi adalah pemain sepak bola yang apik, namun pemikiran anti diskriminatif yang ia miliki membantu berdirinya tiga klub sepak bola di Afrika Selatan.
Passive Resisters Soccer Club begitu klub sepak bola yang berdiri di tiga kota, Johannesburg, Pretoria, dan Durban. Tiga klub ini berdiri berkat buah pemikiran Gandhi melawan praktek diskriminatif rasial.
Menurut Peter Alegi, profesor sejarah Afrika di Michigan State, Passive Resisters Soccer Club merupakan klub terorganisir pertama di Afrika Selatan yang tidak dijalankan oleh orang kulit putih.
Lantas mengapa Gandhi memilih mendirikan klub sepak bola, bukan kriket, olahraga yang cukup populer di India ataupun Afrika Selatan?
Sepak bola bagi Gandhi bukan olahraha yang asing. Saat berkuliah hukum di London, Inggris pada usia 18 tahun, ia sangat dekat dengan sepak bola.
"Gandhi sudah mengenal sepak bola dengan baik sejak dia habiskan waktu di INggris untuk menyelesaikan studi hukumnya," ungkap Bongani Sithole, pemandu resmi Phoenix, kawasan di Durban yang dibangun Gandhi.
"Dia (Gandhi) tak pernah melakoni olahraga ini dengan serius, tetapi tampaknya jatuh hati dengan permainan ini. Bahkan di atas kecintaan pertamanya pada kriket dan bersepeda. Mungkin karena saat itu sepak bola adalah olahraga favorit dari kaum papa," jelas Sithole.
Hati nurani Gandhi menjangkau penderitaan masyarakat tak mampu di negara itu. Nilai filosofinya meski tak dogmatis berdiri di atas kebenaran mutlak dan tanpa kekerasan.
Pengalaman hidup menahun di Afrika Selatan berikan pengalaman nyata bagi Gandhi bahwa praktek rasial dan diskriminasi juga menjangkau hingga ke lapangan hijau.
Untuk menarik kaum papa, Gandhi harus berakulturasi dengan lingkungan yang kurang beruntung. Sepak bola faktanya jadi olahraga pekerja kelas bawah di Afrika Selatan.