Saat Gandhi menyelesaikan studi hukumnya di Inner Temple, London, Gandhi putuskan untuk terbang ke Afrika Selatan pada 1893. Di sana, ia memulai praktik hukumnya sebagai pengacara.
Awalnya, ia mendampingi seorang pedagang India dalam sebuah gugatan hukum. Saat itu usianya baru 23 tahun. Gandhi muda bekerja di firma hukum bernama Dada Abdulla & Company.
Kala itu, ia dijanjikan tiket pulang kelas satu ke India dan dapat bayaran 105 poundsterling jika kasus tuntutan hukum itu rampung.
Saat pertama injakkan kaki di India, Gandhi melihat langsung kondisi diskriminatif di Afrika Selatan.
"Saat kapal tiba di dermaga dan saya melihat orang-orang naik ke kapal untuk bertemu teman-teman meeka, saya mengamati bahwa orang India tidak terlalu dihormati," tulis Gandhi seperti dinukil dari The Story of My Experiments with Truth.
Di sana, Gandhi melihat praktek diskriminasi yang begitu nyata. Di Afrika Selatan era itu berlaku undang-undang pemisahan antara orang India, penduduk asli Afrika dan orang kulit berwarna lainnya.
Soal aturan pemisahan ini dirasakan langsung oleh Gandhi. Suatu kali saat berpergian ke Pretoria. Saat berada di stasiun Maritzburg, Gandhi diminta untuk pindah gerbong meski ia memiliki tiket kelas satu.
"Ayo, kamu harus ke bagian terpisah dari gerbong ini." kata salah satu petugas kepada Gandhi. "Tapi saya punya tiket kelas satu,"
Insiden di stasiun Maritzburg ini memainkan peran penting terhadap garis perjuangan Gandhi.
Terinspirasi karya-karya Henry David Thoreau hingga Leo Tolstoy, Gandhi mulai menarik massa India di Afrik Selatan untuk diorganisir dan menentang peraturan diskriminatif.
Bara perlawanan Gandhi terhadap praktek diskriminasi terus ia perjuangkan selama 21 tahun hidup di Afrika Selatan.