Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Potret Kehidupan Para Buruh Pembuat Bola Kaki di Negara Penggila Kriket

19 Oktober 2018   13:27 Diperbarui: 19 Oktober 2018   14:21 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Masood, industri bola sepak di Tiongkok memberikan bahan mentah yang lebih murah dengan biaya tenaga kerja yang juga sangat murah. Bahkan Masood menyebut bahwa empat perlima dari bahan baku di pabriknya di impor dari Tiongkok. "Lebih murah mengimpor bahan baku dari sana dibanding membeli bahan baku di Pakistan," kata Masood.

Masood sendiri menampik jika pabriknya ini membayar para tenaga kerja dengan harga sangat murah dan tak mempedulikan soal keselamatan serta kesehatan. Ia menyebut para buruhnya dibayar 8000 ruppe atau setara dengan 80 dolar per bulannya, plus mendapat asuransi kesehatan dan hadiah uang tunai jika ada anak buruhnya yang melangsungkan pernikahan.

Soal minimum pembayaran untuk para buruh bola sepak di Pakistan sendiri tidak ada standarnya, artinya pembayaran per bulan yang dibayar Masood itu bisa sewaktu-waktu berubah tergantung pada keuntungan perusahaan. Masood pun mengatakan bahwa jam opersional pabriknya ialah pagi hingga petang hari, ia tak memperlakukan shift malam dikarenakan jarak tempat tinggal para buruhnya yang sangat jauh.

Dengan tidak diperlakukannya shift malam tersebut, maka mau tak mau tiap hari para buruh di kejar target untuk bisa menghasilkan ribuan bola sepak. Masood malah menyebut bahwa industri bola sepak yang justru lebih tidak manusiawi dengan tetap memperlakukan shift malam meski mayoritas buruhnya tinggal sangat jauh dari lokasi pabrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun