Soksi ini dibuat untuk menandingi SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Sosialis Indonesia) buatan PKI. Salah satu petinggi PKI, Sudisman di dalam Pledoi juga menjelaskan terkait perseteruan AD dengan PKI, menurut pembelaan Sudisman setelah PKI merayakan HUT ke 45, AD menyebarkan isu bahwa PKI bukan hanya menunjukan kekuatannya namun juga menunjukan gigi nya untuk melakukan 'tindakan' terhadap Negara ini.
Provokasi AD terhadap PKI kemudian berlanjut, SUAD I tertanggal 12 Juni 1965 akan yakni edaran yang pokoknya memperingatkan bahwa yang terjadi di daerah-daerah terutama di Jatim/Jateng bukannya konsultasi Nasakom tetapi konfrontasi Nasakom dan masalah tanah menjadi hangat. Oleh karena itu disimpulkan supaya para pejabat baik sipil maupun militer untuk tidak menggunakan istilah-istilah seperti integrasi dengan rakyat, sebab penggunaan istilah semacam itu sudah memihak dan mengawasi pelaksanaan landreform.
Akhirnya pada 01 Oktober 1965, provokasi itu menyampai puncaknya. Aksi yang dilakukan pasukan Cakrabirawa kepada para pejabat tinggi AD membuat banjir darah terjadi di negeri ini setelahnya.
Hingga kini fakta sesungguhnya peristiwa tersebut masih berkabut. Pun dengan fakta sejarah bahwa setelah malam kelam 01 Oktober 1965 terjadi pembantaian juga hanya menjadi cerita yang tak sepenuhnya seluruh masyarakat Indonesia percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H