Dalam catatannya, pengelana dari Pajajaran Bujangga Manik menghabiskan lebih dari 1 tahun belajar membaca Darmaweya dan Pandawa Jaya. Ditempat ini pula Bujangga Manik menjadi bilingual karena berhasil memahami bahasa Jawa. Dikatakannya bahwa rabut pesajen menjadi semakin gaduh karena kedatangan para pemuja duniawi, para peziarah dari perkotaan sehingga ia jadi tidak kerasan dan memutuskan pergi ke Palah (Noordyun & A. Teeuw, 2009: 303).
Puas menikmati lingkungan candi, kami turun lagi menyusuri jalan semula menuju ke situs pemandian Candi Penataran yang terletak tepat di pinggir jalan raya. Situs ini kecil dan masih intactdan amat terjaga sehingga sungguh indah. Barangkali karena kalah pamor dari candinya, situs ini biasanya hanya dilewati sekilas saja.
Tujuan terakhir adalah situs Umpak Sewu atau Bale Kambang yang hanya berjarak 1-2 KM ke utara. Situs ini tinggal menyisakan umpak atau pelandas tiang berbahan batu andesit berukuran tinggi 70Cm berdiameter 50cm. Susunan keletakannya relatif utuh sehingga gambaran wujud semula masih bisa terbayang. Pak Dwi menuturkan bahwa saat terakhir kunjungannya ke tempat ini dua dasawarsa silam, tanah dimana umpak berada sedikit lebih tinggi dan disekelilingnya seperti terbentuk cekungan tanah mirip saluran air. Inilah mengapa situs ini juga dilabeli bale kambang, bale yang berada di atas air.
Amat boleh jadi, Maharaja Hayam Wuruk dan rombongan pernah pula menginap di srama ini. Mengingat kakawin Nagarakretagama memuat informasi bahwa setiap tahun, sehabis musim penghujan, raja dan pengiringnya menziarahi (pilgryme) Candi Palah untuk memuja Hyang Acalapati, yakni Dewata yang bersemanyam di puncak Gunung Kampud (Kelud) dan sekaligus "Dewa Gunung (Mountain of God)" bagi gunung api yang rajin meletus ini. Bagi Hayam Wuruk, Gunung Kampud memiliki makna istimewa, sebab kelahirannya bertepatan dengan meletus dahsyatnya Ardhi Kampud, sebaimana dituliskan dalam kakawin Nagarakretagama.
Selamat datang ke Blitar!
(Tulisan ala kadarnya diimbuhi sedikit tulisan P Dwi di bagian akhir)
majalah Kekunoan yang Kekinian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H