Tanah Sunda terkenal akan berbagai macam tradisi dan budaya yang cukup kental dan masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Pada umumnya orang Sunda tetap mengamalkan hukum Islam tanpa melepaskan budaya setempat yang pada akhirnya membuat budaya Islam Sunda dapat dipertahankan sampai dengan sekarang. Adanya akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam semakin mempererat jalinan budaya lokal dengan Islam sehingga sebagian masyarakat Tatar Sunda berkesimpulan bahwa Masyarakat Sunda adalah Masyarakat Islam dan Agama Islam adalah agama masyarakat Sunda. Hal itu tidak terlepas dari peran para ulama yang melakukan penyebaran Islam di Tanah Sunda.
Di wilayah tatar Sunda sendiri penyebaran agama Islam dirintis oleh seorang Ulama yaitu Syaikh Quro, beliau merupakan ulama yang salah satunya termasuk kedalam kategori orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Tanah Pasundan, yang bersamaan dengan Syaikh Maulana Syaifuddin, Ceng Ho, Syaikh Nurjati, Pangeran Cakrabuana, dan Sunan Gunung Djati.
Meski namanya tidak seterkenal para wali di Tanah Jawa lainnya namun Syaikh Quro mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyebaran agama Islam di Tanah Sunda. Nama asli beliau adalah Syaikh Hasanuddin atau Syaikh Qurotul Ain yang merupakan anak dari Syaikh Yusuf Sidiq seorang ulama besar yang berasal dari negeri Campa atau yang kini disebut Vietnam. Jika di lihat dari nasabnya Syaikh Yusuf Sidiq masih mempunyai hubungan nasab dengan Syaikh Jamaluddin Akbar al-Husaini serta Syaikh Jalaluddin seorang ulama besar Mekah.
Awal Kedatangan Syaikh Quro
Awal kedatangan Syaikh Quro ke tatar Sunda yaitu saat beliau ikut serta dalam Angkatan Laut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Sam Po Bo atas perintah dari Kaisar Cheng Tu yang berasal dari Dinasti Ming pada tahun 1409 M, untuk menyebarkan agama Islam di Kesultanan Malaka.
Setelah Syaikh Quro menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau melanjutkan perjalanannya dan mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Cirebon sebelum pada akhirnya beliau berlabuh di Pelabuhan Karawang, tujuannya pun sama yaitu untuk menyebarkan agama Islam. Pada waktu itu Jawa Barat masih di kuasai oleh Kerajaan  Padjajaran yang masih menganut Agama Hindu, Raja Padjajaran saat itu bernama Prabu Anggalarang, beliau cukup mencemaskan kegiatan penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syaikh Quro, sehingga Prabu Anggalarang meminta Syaikh Quro untuk menghentikan proses penyebaran agama Islam. Perintah itu pun di patuhi oleh Syaikh Quro lalu beliau pun kembali lagi ke Malaka.
Selang beberapa waktu kemudian akhirnya Syaikh Quro membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah kerajaan Hindu Pajajaran. Perjalanan Rombongan Syaikh Quro melewati laut Jawa kemudian memasuki Muara Kali Citarum selesai menelusuri kali Citarum ini akhirnya rombongan Perahu Syaikh Quro singgah di Pura Dalem atau Pelabuhan Karawang. Kedatangan Ulama Besar ini dapat diterima baik oleh petugas pelabuhan Karawang.
Dalam naskah Carita Ratu Carbon Girang Japura dan Singapura. Naskah ini antara lain mengkisahkan pada tahun 1418 M telah datang di Negeri Singapura (Wilayah Cirebon) rombongan pedagang dari Campa, dimana di dalamnya terdapat Syaikh Hasanuddin bin Yusuf Sidik seorang Ulama penyiar agama Islam. Kemudian setelah beberapa saat tinggal di Singapura, lalu Syaikh Hasanudin pergi lagi dan menetap di Karawang. Beliau mendirikan Pesantren Quro, sehingga Syaikh Hasanudin di kenal dengan nama Syaikh Quro. Syaikh Quro adalah Ulama pertama yang mendirikan Pesantren di Jawa Barat pada tahun 1338 Caka (1416 Masehi) di Pura Dalem Karawang. Ia bermaksud menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa bagian Barat.
Proses Penyebaran Agama Islam
Bagi masyarakat Sunda, mendengar nama Syaikh Quro bukan merupakan hal yang asing di telinga karena beliau cukup terkenal di kalangan masyarakat Sunda terutama dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Karawang yang saat ini makam dari Syaikh Quro pun terletak di Pulo Bata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Karawang, Jawa Barat.
Syaikh Quro mempunyai peranan yang sangat besar dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, beliau merupakan seorang Ulama yang cukup banyak merubah kondisi dan karakter Masyarakat di sekitar Jawa Barat, dari Masyarakat Sunda yang dulunya berkeyakinan Hindu dan Budha menjadi Masyarakat Sunda yang Islami, dan religius.
Dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Masyarakat Sunda Syaikh Quro menyampaikannya dengan sangat bijaksana, ketika itu terdapat pengaruh dari agama Hindu dan Budha serta Adat Istiadat dalam praktik-praktik peribadatan mereka yang tidak terdapat dalam ajaran Islam, namun sengaja di biarkan oleh Syaikh Quro. Beliau pun berusaha menghilangkannya dengan cara mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru yakni Islam sehingga menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai.
Dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa Barat umumnya disebarkan melalui saluran perdagangan, perkawinan dan dakwah atau tabligh yang dilakukan secara langsung dengan pergi kepelosok-pelosok kampung oleh para pedagang Islam, yang kemudian dilanjutkan oleh para wali dengan mengadakan perkumpulan yang lama-kelamaan perkumpulan itu berubah menjadi pesantren.
Hal itu pun serupa dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Quro dalam proses penyebaran agama Islam, beliau melakukan perkumpulan di Mushalla dan Pesantren yang dibangun oleh Syaikh Quro. Peraturan-peraturan yang ada dalam agama Islam dijalankan bersama dengan tradisi Hindu dan Budha, maka dalam Masyarakat Sunda terdapat percampuran nilai-nilai ajaran  Hindu dan Budha dalam agama Islam yang cukup sulit dihilangkan terutama dalam praktik-praktik peribadatan. Namun Syaikh Quro tetap merasa perlu mengajarkan agama Islam berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedikit demi sedikit ajaran-ajaran Islam pun dimurnikan dan tiada paksaan untuk memeluk agama Islam.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam proses penyebaran agama Islam dibangun oleh Syaikh Quro untuk mengajarkan kepada Masyarakat Sunda untuk mempelajari ajaran Islam dari yang sederhana seperti belajar membaca Al-Qur'an dari mulai pengenalan huruf-huruf serta tanda-tandanya, membaca ayat-ayat pendek yang mudah di hafal. Beliau pun mengajarkan tata cara beribadah seperti mengambil wudhu, puasa, salat, dan beliau pun mengajarkan mengenai nilai moral yang baik.
Melalui saluran pendidikan ini Syaikh Quro telah berhasil mengangkat masyarakat Jawa Barat umumnya dari kehidupan yang primitif menjadi berperadaban, hal itu ditandai dengan adanya peningkatan pemahaman ajaran agama yang tadinya Animisme dan Dinamisme menjadi pemahaman ajaran Islam, baca tulis huruf Arab khususnya ayat-ayat Al-Quran, kreatifitas kehidupan masyarakat, masyarakat yang berahlaq baik, dan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Referensi:
Sujati, Budi. (2019). Tradisi Budaya Masyarakat Islam di Tatar Sunda (Jawa Barat), Jurnal Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Volume 1 Nomor 1: 37-51
Apandi, Fajar. (2011). Peranan Syaikh Quro dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat Abad XV M. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H