Dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Masyarakat Sunda Syaikh Quro menyampaikannya dengan sangat bijaksana, ketika itu terdapat pengaruh dari agama Hindu dan Budha serta Adat Istiadat dalam praktik-praktik peribadatan mereka yang tidak terdapat dalam ajaran Islam, namun sengaja di biarkan oleh Syaikh Quro. Beliau pun berusaha menghilangkannya dengan cara mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru yakni Islam sehingga menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai.
Dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa Barat umumnya disebarkan melalui saluran perdagangan, perkawinan dan dakwah atau tabligh yang dilakukan secara langsung dengan pergi kepelosok-pelosok kampung oleh para pedagang Islam, yang kemudian dilanjutkan oleh para wali dengan mengadakan perkumpulan yang lama-kelamaan perkumpulan itu berubah menjadi pesantren.
Hal itu pun serupa dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Quro dalam proses penyebaran agama Islam, beliau melakukan perkumpulan di Mushalla dan Pesantren yang dibangun oleh Syaikh Quro. Peraturan-peraturan yang ada dalam agama Islam dijalankan bersama dengan tradisi Hindu dan Budha, maka dalam Masyarakat Sunda terdapat percampuran nilai-nilai ajaran  Hindu dan Budha dalam agama Islam yang cukup sulit dihilangkan terutama dalam praktik-praktik peribadatan. Namun Syaikh Quro tetap merasa perlu mengajarkan agama Islam berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedikit demi sedikit ajaran-ajaran Islam pun dimurnikan dan tiada paksaan untuk memeluk agama Islam.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam proses penyebaran agama Islam dibangun oleh Syaikh Quro untuk mengajarkan kepada Masyarakat Sunda untuk mempelajari ajaran Islam dari yang sederhana seperti belajar membaca Al-Qur'an dari mulai pengenalan huruf-huruf serta tanda-tandanya, membaca ayat-ayat pendek yang mudah di hafal. Beliau pun mengajarkan tata cara beribadah seperti mengambil wudhu, puasa, salat, dan beliau pun mengajarkan mengenai nilai moral yang baik.
Melalui saluran pendidikan ini Syaikh Quro telah berhasil mengangkat masyarakat Jawa Barat umumnya dari kehidupan yang primitif menjadi berperadaban, hal itu ditandai dengan adanya peningkatan pemahaman ajaran agama yang tadinya Animisme dan Dinamisme menjadi pemahaman ajaran Islam, baca tulis huruf Arab khususnya ayat-ayat Al-Quran, kreatifitas kehidupan masyarakat, masyarakat yang berahlaq baik, dan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Referensi:
Sujati, Budi. (2019). Tradisi Budaya Masyarakat Islam di Tatar Sunda (Jawa Barat), Jurnal Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Volume 1 Nomor 1: 37-51
Apandi, Fajar. (2011). Peranan Syaikh Quro dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat Abad XV M. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H