Walaupun pada kenyataan nya makam tempat Alm. Albertus disemayamkan pun bukan merupakan makam muslim, dan masih merupakan areal pemakaman umum yang berada di daerah Purbayan. Tapi dikarenakan letak nya yang berdekatan dengan Kampung Muslim, maka warga yang bertempat tinggal di Kampung Muslim bersama-sama membuat kesepakatan bahwa tidak boleh ada nisan salib di areal pemakaman tersebut.
Salah satu pastur gereja Santo Paulus Pringgolayan, bernama Romo Agustinus Aryawan. Beliau mengatakan bahwa pada saat itu keluarga almarhum Albertus Slamet Sugihardi datang dan melakukan doa di panti Paroka karena warga tidak mengizinkan keluarga untuk melaksanakan doa di rumah duka.
Tetapi, Romo Agustinus sendiri tidak mengetahui pasti apakah keluarga dari almarhum Albertus benar-benar terpaksa untuk melakukan doa di Paroka karena larangan warga atau bukan.
Rumah duka dari Alm. Albertus pun terlihat sepi, tidak seperti suasana berkabung pada umum nya dimana biasanya banyak warga akan mengunjungi rumah dari pihak yang sedang berkabung.
Menanggapi hal tersebut, Slamet, selaku ketua RT 13 Pubayan juga menambahkan bahwa tidak pernah ada larangan untuk keluarga melakukan doa di rumah duka, dan Slamet juga menyatakan bahwa ia juga telah menghimbau warga kampung nya untuk tetap menjaga toleransi antar umat beragama dan saling menghargai satu sama lain.
Lurah Purbayan, Suradi, juga akhirnya ikut angkat bicara terkait hal pemotongan nisan salib di kampun Muslim. Suradi sangat menyayangkan sekali foto batu nisan salib yang dipotong itu menjadi viral sehingga kemudian menimbulkan banyak sekali komentar negatif dari masyarakat terutama netizen.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI