Mohon tunggu...
Navy Jahbulon Rangkuti
Navy Jahbulon Rangkuti Mohon Tunggu... .... -

About: https://naufalrangkuti.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Navy's Person in Depth - Raden Tina Sari Asih Prawiraatmadja (1)

14 Februari 2018   12:09 Diperbarui: 17 Februari 2018   12:42 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Saya ingat seseorang pernah mengatakan bahwa, “Life form a complex systems,” di dalam kehidupan ini, kehidupan terbentuk tidak dengan begitu saja, semua pasti melalui proses atau tahapan tahapan tertentu. — Begitupula dengan hidup seorang manusia, seperti hidup saya, atau seperti hidup nenek saya.

Waktu masih kecil, saya sering pergi bermain ke rumah sepupu lelaki saya, Bernie, namanya. — Di rumah Bernie, saya biasanya bermain berdua bersama dengan Bernie, kadang, kalau kami berdua sudah bermain bersama, saya seringkali lupa dunia, sampai – sampai saya lupa waktu untuk tidur siang ternyata sudah tiba. Seharusnya saya sudah mencuci tangan, mencuci kaki, berhenti berkeringat, dan mungkin sudah berada di atas kasur dan bersiap siap untuk segera tidur siang.

Namun apa yang saya lakukan tidaklah seperti itu, sehingga membuat nenek saya harus memanggil – manggil saya untuk segera tidur siang. Maka waktu itu, dipanggil lah saya yang masih kecil, untuk segera tidur siang, “Opaaal, sudahlah, berhenti dulu main nya, tidur siang dulu.”

Tidak lama kemudian, saya ditangkap oleh nenek, dan langsung di papatahan, kalau kata orang sunda nya. Di papatahan itu artinya adalah di nasihati, saya ingat betul gaya nenek saya kalau sudah menasihati saya yang masih kecil itu, “Aduh ieu budak nya, baong pisan, disintreuk geura nya, udah, berhenti dulu main nya, ayo sini masuk ke dalam rumah.”

Dan akhirnya, saya masuk ke dalam rumah Bernie, mencuci kaki dan mencuci tangan dengan Bibi pon, (seorang asisten rumah tangga di rumah Bernie) kemudian masuk ke ruang tengah, di saat saya memasuki ruang tengah, yang juga merupakan ruang tamu di rumah Bernie, saya mendapatkan diri saya menemui nenek saya sedang menonton acara di televisi, yang berjudul Kuis Siapa Berani… yaaaa, kembali ke tahun 2001, itu adalah acara kesukaan nenek saya, dan saya hafal sekali itu.

Tidak lama setelah mencuci kaki, dan juga tangan, keringat saya mengering, karena living room rumah Bernie dipasangkan air conditioner, setelah itu, nenek mematikan televisi nya kemudian mengajak saya tidur di kamarnya, waktu itu saya masih kecilll, ada mungkin saya masih berumur lima tahun. — Saya baru masuk tingkat pertama di taman kanak – kanak, kalau tidak salah.

Setelah memasuki kamar nenek, saya disuruh berbaring di atas kasur dan tidur bersama nenek, sebelum tidur, saya ingat sekali, saya masih saja banyak tanya, banyak bicara, seperti, “Ni, nini Iceu (panggilan saya kepada nenek saya) ini kenapa AC di kamar Nini kok beda sendiri ya sama yang di ruang tamu wak pupu?” atau, “Nini Iceu, berapa tingkat suhu paling tinggi dari AC Nini yang ini, berapa yang paling dingin?” kemudian beliau menjawabnya dengan nada yang sudah… mengantuk,

mencoba untuk tertidur di sebelah kanan saya, namun masih sempat menjawab pertanyaan saya, “Yang ini AC nya model lama, Opal.” “Nini nggak tahu ini paling dingin nya berapa,” — kemudian saya bertanya lagi, “Ni, aki Bachrum itu dulu tingginya segimana?” “Kok Opal nggak sempat ketemu, Opal pernah ketemu sama Aki Bachrum nggak?” dan sederet pertanyaan selanjutnya yang mungkin, tidak akan membuat Nenek dan saya berhasil tidur siang. Hahahahahasaya ingat, itu saya belum bisa bicara bahasa Sunda,

 

jadi kalau mau komunikasi dengan Nenek saya, saya masih dan harus menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun sebenarnya waktu itu, saya bisa saja berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Palembang, tetapi Nenek tidak bisa berbicara bahasa Palembang sama sekali, karena beliau adalah asli orang Sunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun