“That is life that speaks into you. Aging. That's the memory you wish to be irreplaceable, to be eternal.
Quelle surprise, life does a reversible option than we allegedly hope.
Years gone by, human gets envy, the chair of the king fall to a rightful devil. Thus, my son. — Life is a just a breathe away, for those who understood.”
- Navy Jahbulon Rangkuti
***
Untuk Nenek, yang juga menjadi teman saya (teman terbaik dalam hidup saya), dan penasihat yang paling bijak di dalam hidup saya. — Untuk tidak menjadi manusia Digital yang telah melupakan sejarah dalam kehidupannya.
Untuk Raden Tina Sariasih Prawiraatmadja. Dari aku, Opal, salah satu dari empat orang cucu yang paling kau sayangi.
***
“Opaaaal, kesini kau, tidur siang dulu.” (Base Camp, tahun 2000)
“Opaaal, mainnya jangan terlalu motah, nanti sakit kau.” (Base Camp, tahun 2001)
“Opal, nanti kulibas kau? Mau?” (Base Camp, Cipedes dan Bahusda, sedjak tahun 2000 s/d 2018)
“Bu, (berbicara kepada aunt Nila) si Opal mau aku libas,”
“Heheheh, aku kan nggak kayak kau…, Pal.”
“Ibumu itu, wanita juara, dia itu menantu paling hebat yang pernah aku punya.”
“Opal, ulah dtutup pantona, nini teh sok ke’eung lamun teu ningali opal.”
“Si opal teh di teangan kamana…. Nini teh jadi kacarian...”
“Pal, kau kawani aku disini, jangan pergi kemana – mana dulu ya.”
“Nanti opal temenin nini… nanti nini traktir PHD.”
“Kakek kau itu Pal, orang pintar. Walaupun dia Cuma lulusan STM, tetapi dia bisa ke Itali, dapat Cambridge English, mengajar orang penting di RI, Jendral, Menteri, dan dia juga bisa holland spreken, ngomong bahasa Belanda nya juago, fellow workernya juga adalah orang Belanda atuh....”
“Oh, ini? Ini kena sobek gunting waktu Nini masih muda dulu.”
Itulah segelintir kalimat yang selalu saya ingat dari dirinya, berikut kalimat ini, serta kalimat – kalimat lainnya yang saya gari dari dalam diri beliau, “Holland spreken” atau, “Ich name is Nawwfal, Ich bin kebouren in Bandoeng, in neintein neinken feive.” dan sisanya, saya hanya bisa tertawa saat belajar Bahasa Belanda dengan beliau, karena saya tidak bisa berbahasa belanda sama sekali. — Juga maaf kalau salah, Hehehe.
***
Saya ingat seseorang pernah mengatakan bahwa, “Life form a complex systems,” di dalam kehidupan ini, kehidupan terbentuk tidak dengan begitu saja, semua pasti melalui proses atau tahapan tahapan tertentu. — Begitupula dengan hidup seorang manusia, seperti hidup saya, atau seperti hidup nenek saya.
Waktu masih kecil, saya sering pergi bermain ke rumah sepupu lelaki saya, Bernie, namanya. — Di rumah Bernie, saya biasanya bermain berdua bersama dengan Bernie, kadang, kalau kami berdua sudah bermain bersama, saya seringkali lupa dunia, sampai – sampai saya lupa waktu untuk tidur siang ternyata sudah tiba. Seharusnya saya sudah mencuci tangan, mencuci kaki, berhenti berkeringat, dan mungkin sudah berada di atas kasur dan bersiap siap untuk segera tidur siang.
Namun apa yang saya lakukan tidaklah seperti itu, sehingga membuat nenek saya harus memanggil – manggil saya untuk segera tidur siang. Maka waktu itu, dipanggil lah saya yang masih kecil, untuk segera tidur siang, “Opaaal, sudahlah, berhenti dulu main nya, tidur siang dulu.”
Tidak lama kemudian, saya ditangkap oleh nenek, dan langsung di papatahan, kalau kata orang sunda nya. Di papatahan itu artinya adalah di nasihati, saya ingat betul gaya nenek saya kalau sudah menasihati saya yang masih kecil itu, “Aduh ieu budak nya, baong pisan, disintreuk geura nya, udah, berhenti dulu main nya, ayo sini masuk ke dalam rumah.”
Dan akhirnya, saya masuk ke dalam rumah Bernie, mencuci kaki dan mencuci tangan dengan Bibi pon, (seorang asisten rumah tangga di rumah Bernie) kemudian masuk ke ruang tengah, di saat saya memasuki ruang tengah, yang juga merupakan ruang tamu di rumah Bernie, saya mendapatkan diri saya menemui nenek saya sedang menonton acara di televisi, yang berjudul Kuis Siapa Berani… yaaaa, kembali ke tahun 2001, itu adalah acara kesukaan nenek saya, dan saya hafal sekali itu.
Tidak lama setelah mencuci kaki, dan juga tangan, keringat saya mengering, karena living room rumah Bernie dipasangkan air conditioner, setelah itu, nenek mematikan televisi nya kemudian mengajak saya tidur di kamarnya, waktu itu saya masih kecilll, ada mungkin saya masih berumur lima tahun. — Saya baru masuk tingkat pertama di taman kanak – kanak, kalau tidak salah.
Setelah memasuki kamar nenek, saya disuruh berbaring di atas kasur dan tidur bersama nenek, sebelum tidur, saya ingat sekali, saya masih saja banyak tanya, banyak bicara, seperti, “Ni, nini Iceu (panggilan saya kepada nenek saya) ini kenapa AC di kamar Nini kok beda sendiri ya sama yang di ruang tamu wak pupu?” atau, “Nini Iceu, berapa tingkat suhu paling tinggi dari AC Nini yang ini, berapa yang paling dingin?” kemudian beliau menjawabnya dengan nada yang sudah… mengantuk,
mencoba untuk tertidur di sebelah kanan saya, namun masih sempat menjawab pertanyaan saya, “Yang ini AC nya model lama, Opal.” “Nini nggak tahu ini paling dingin nya berapa,” — kemudian saya bertanya lagi, “Ni, aki Bachrum itu dulu tingginya segimana?” “Kok Opal nggak sempat ketemu, Opal pernah ketemu sama Aki Bachrum nggak?” dan sederet pertanyaan selanjutnya yang mungkin, tidak akan membuat Nenek dan saya berhasil tidur siang. Hahahahahasaya ingat, itu saya belum bisa bicara bahasa Sunda,
jadi kalau mau komunikasi dengan Nenek saya, saya masih dan harus menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun sebenarnya waktu itu, saya bisa saja berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Palembang, tetapi Nenek tidak bisa berbicara bahasa Palembang sama sekali, karena beliau adalah asli orang Sunda.
***
Kemudian, pertanyaan – pertanyaan dari saya itu, dijawabnya seperti ini, “Opal, udah, ulah se’eur teuing tataros, udah, hayuk kita tidur siang sekarang.” Ucap Nenek, menghentikan saya yang masih saja asyik berbicara. — Tidak lama setelah itu, saya menoleh ke arah Nenek saya, oh, rupanya sudah tertidur. Sambil menghadap ke dinding langit – langit di kamar Nenek, di rumah Wa pupu dan Wa McMore, Bernie dan Abby.
Saya menarik selimut, karena AC nya dingin, kemudian, tertidur lelap di siang itu…
***
Post Script:
“Aki Bachrum orangnya tinggi.”
“Opal belum pernah ketemu dengan Aki Bachrum,”
Nini Iceu, adalah seseorang yang mengingatkan saya untuk tidur siang, karena mungkin kalau saya masih saja bermain di luar sana, di halaman belakang rumah Bernie, bersama dengan Bernie dan ayam atau bebek peliharaan nya, berkeringat dan masih saja panas – panasan, saya bisa saja sakit demam.
Tetapi Nini Iceu mengingatkan saya, untuk segera beristirahat dan tidur siang, bagai kehidupan, terkadang, manusia membutuhkan seseorang untuk mengingatkan dirinya tentang peraturan – peraturan di dalam kehidupan ini, seperti peraturan bagi anak kecil, untuk menyempatkan diri mereka, untuk tidur siang….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H