Karena tunangan saya itu menyuruh saya untuk berpikir kreatif, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi pedagang di pasar tradisional.
Selain itu, saya juga memutuskan untuk berdagang hewan peliharaan di pasar itu juga. Kisah berlanjut, saya pergi ke pasar tradisional,
saya cari tempat untuk saya sewa, kemudian saya menyiapkan barang dagangan saya dan keperluan2 lainnya yang menyangkut kegiatan berdagang saya ini.
Beberapa hari kemudian saya sudah berdagang, hari pertama, saya masih mencoba untuk tidak merasa rasakan bau amis yang saya cium, saya berpakaian masih seperti hari kemarin
Dan saya bingung, kenapa pakaian saya jauh berbeda dengan orang orang di pasar tradisional ini. Beberapa jam di hari pertama saya rasakan cukup menantang.
 Tetapi dalam hati saya, ada sesuatu yang mengganjal. Apakah itu, saya coba abaikan saja.
 ******
Hari kedua.
Saya kedapatan orang yang membeli hewan peliharaan yang saya jual disana. Sebenarnya ini sangat jauh dari standar saya, tapi saya coba lawan itu sebisa mungkin, karena saya yakin bahwa boundaries pada stratifikasi sosial itu hanyalah ilusi buatan saja.
Tetapi siang itu terasa panas, sungguh bau, dan amat sangat menjijikan rasanya saya harus berada disini. Tapi saya masih terus berusaha, karena saya percaya, kesuksesan tidak mengenal tempat.
 Jam demi jam berlalu. Pembeli berlalu lalang. Tiba tiba, ada seorang pembeli yang berkata begini kepada saya.