Mohon tunggu...
Indi Rahmawati
Indi Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka membaca hal yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Identifikasi Masalah-masalah Belajar dan Pembelajaran di Sekolah

11 Juni 2022   22:32 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:05 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permasalahan dalam pembelajaran ini harus diselesaikan melalui guru dan orang tua supaya rangkaian tindakan belajar peserta didik selaras atas harapan utamanya, yakni mencerdaskan anak-anak bangsa dalam perilaku yang bagus. Seorang pendidik/guru dalam membesarkan peserta didik merupakan tanggung jawab yang apabila masalah belajar dapat diselesaikan bersama, maka tanggung jawab tersebut telah berjalan dengan baik.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seorang pendidik pasti akan menghadapi banyak karakter peserta didik yang berbeda. Terdapat siswa yang bisa melaksanakan aktivitas pembelajaran secara mudah serta sukses tidak dengan menemui kesusahan, akan tetapi bagaimanapun juga banyak peserta didik yang mendapati bermacam-macam kesulitan saat belajar. Kesulitan belajar siswa menampakkan dirinya sebagai halangan guna menggapai prestasi belajar, yang mungkin bersifat social, psikologis, atau fisik, dan pada akhirnya mengakibatkan kinerja akademik mereka lebih rendah dari yang seharusnya.

Kesulitan belajar adalah kelemahan yang tidak terlihat pada tubuh. Pada anak yang memiliki kelemahan dalam belajar, ketidakmampuan belajar tidak dapat dirasakan dalam bentuk fisik lainnya.

A. Jenis-Jenis Masalah Belajar Peserta Didik 

Masalah-masalah belajar pada peserta didik mempunyai beberapa jenis. Masalah belajar ini dapat kita ketahui yang mencakup pengertian luas. Diantaranya yaitu sebagai berikut.

1. Kekacauan Belajar (Learning Disorder)

Learning disorder atau kekacauan belajar merupakan respon yang saling bertentangan dalam proses belajar yang menyebabkan pasien merasa gelisah atau mengalami kebingungan dalam proses belajar. [1] Ketidakmampuan belajar adalah ketika proses belajar seseorang terusik oleh tanggapan yang berselisihan.  

2. Belajar yang tidak Berfungsi (Learning Disfunction) 

Learning Disfunction ialah gejala tidak berfungsinya proses belajar siswa, walaupun siswa tersebut tidak menunjukkan gangguan jiwa, gangguan sensorik, atau gangguan psikis selainnya. Kesulitan belajar ini merupakan akibat dari proses belajar yang buruk akibat gangguan saraf kranial. Saraf kranial adalah bagian saraf yang paling penting dari sistem saraf di otak. Sehingga, jika saraf ini terganggu, maka akan terjadi gangguan pada salah satu tahap proses belajar. Keadaan tersebut mengusik kelancaran seluruh proses pembelajaran.

3.  Lambat Belajar (Slow Learner)

Anak lamban belajar adalah siswa yang proses belajarnya lambat, sebagai akibatnya ketika belajar, rentang waktu yang diperlukan anak didik tersebut lebih panjang atau lama daripada segerombolan anak didik lainnya nang mempunyai tingkat kemampuan inteligensia yang sama. Menurut Bala dan Rao, dikatakan bahwa kebanyakan siswa slow learner memiliki keterbatasan ketika harus berpikir abstrak dan simbolis.[1] Siswa yang demikian juga masih merasa kesulitan saat diberikan tugas oleh gurunya.  

4. Ketidakmampuan Belajar

Gejalanya yaitu jika seseorang peserta didik menghadapi kesulitan belajar dapat ditemui ketika pelajar tersebut mulai belajar mata pelajaran di sekolah seperti membaca, berhitung, dan mengeja. Siswa yang memiliki masalah belajar seperti yang termasuk dalam jenis masalah belajar sebelumnya akan hadir pada tingkah lakunya aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan konatif.

5.  Under Achiever

Under Achiever adalah keadaan dimana prestasi yang didapatkan seorang peserta didik, berada dibawah tingkat kepintaran/kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut. Namun, adapula yang sebaliknya, dimana jika dilihat nilai prestasinya termasuk golongan tinggi, tetapi IQ nya terisolasi di kelasnya. Under Achiever ini menunjuk pada pelajar yang sebenarnya punya kekuatan intelektual di atas rata-rata melainkan kinerja belajarnya kurang.

Under achiever merupakan seorang peserta didik yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, belajar, dan kemampuan otaknya tinggi, namun prestasi ketika belajarnya tergolong rendah.

B. Cara Mengetahui Peserta Didik yang Mengalami Masalah Belajar 

Pembelajaran di sekolah berkaitan oleh berbagai hal. Didalam pembelajaran, peserta didik berinteraksi bersama gurunya, materi pelajaran, perolehan pendidikan dan pengalaman, serta proses kerja untuk menilai pembelajaran. Peserta didik yang belajar di sekolah ialah hasil daripada rencana pembelajaran guru. Pendidik bersangkutan untuk memotivasi peserta didik menjadi pembelajar yang giat.

1. Pengamatan Perilaku Belajar

Sekolah adalah sebagai akar pembelajaran. Pendidik berperan untuk menerangkan dan peserta didik berperan untuk belajar. Tindak belajar  ini dilakukan oleh peserta didik. Karna menjadi tindakan kebiasaan seorang, yang dimaksud tindakan ini bisa ditelaah menjadi perilaku belajar. , menurut pengamat, perilaku belajar itu merupakan "gejala belajar".

2. Analisis Hasil Belajar

Saat menganalisis hasil belajar, seorang pendidik mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 

Mempersiapkan analisis dari permulaan semester sesuai dengan RPP.

Merencanakan ragam kegiatan anak didiknya yang diperhitungkan menjadi hasil belajar.

Perencanaan ragam audit dan sarana penilaian serta analisis kesesuaian jenis audit dan sarana penilaian.

Hasil belajar siswa dikumpulkan berwujud jawaban ujian lisan dan ataupun tugas tulis. 

Melakukan analisis statistik hasil ujian dan mengkategorikan tugas yang tidak dapat dinilai. 

Memperhatikan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

Mempertimbangkan tingkat kesulitan materi pelajaran dikelas daripada  kurikulum saat ini.

Menyadari keadaan eksternal yang mempengaruhi pembelajaran.

3.  Tes Hasil Belajar

Tes Hasil belajar merupakan cara bagi siswa untuk hal  pembelajaran. Namun, penggunaan beberapa tes secara terus menerus menyebabkan beberapa kebiasaan. Artinya, berbagai jenis tes membentuk domain afektif, kognitif, dan psikologis. . Tes Hasil Belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah belajar. Kebanyakan, tes dilakukan oleh pendidiknya untuk mengukur kemajuan pembelajaran peserta didik. Untuk menemukan masalah belajar, hendaknya pembuat tes ialah sekelompok pendidik dengan guru pembimbing di sekolah (konselor   sekolah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun