Mohon tunggu...
Rachmad Yuliadi Nasir
Rachmad Yuliadi Nasir Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Independent

Rachmad Yuliadi Nasir, Jurnalis Independent, WA 0888.7211.300 Sang Traveller Twitter:@rachmadyuliadi, Email: puspiatur@gmail.com, FB/tragedi.gurita dan FB/puspiatur.aceh

Selanjutnya

Tutup

Money

Industri Kelapa Sawit Indonesia dan Tantangannya

19 Juli 2019   17:01 Diperbarui: 19 Juli 2019   17:06 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini ada di Aceh ada 400.000 Ha lahan sawit yang tersebar di 12 kabupaten. Ada 51 persen kebun rakyat, 49 persen lagi diurus 39 perusahaan yang tergabung dalam Gapki Aceh, ada 100.000 Ha yang dirus dari 400.000 Ha tersebut.

Industri kelapa sawit dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat menekan angka pengangguran. Pada Bulan Juli 2019 di Aceh harga jual sawit perkilogramnya mencapai harga Rp 1.380.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dari 14 juta hektare sawit di Indonesia, 41 persen di antaranya dimiliki rakyat.

Sisanya 51 persen milik perusahaan besar swasta. Selanjutnya, 8 persen milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Ketua Gapki Aceh, Sabri Basyah sangat berharap bahwa," Industri kelapa sawit juga dapat menjadi solusi masalah pengangguran.  Industri kelapa sawit bisa menjadi sarana pengentasan kemiskinan di Aceh.

Kerjasama kemitraan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) belum optimal karena banyak hutang dengan pedagang pengumpul, PKS belum menyebar merata, dipanen terlalu muda, serta berbagai perilaku negatif petani lainnya akibat kurangnya pemahaman kelapa sawit.

Tidak semua pemain industri kelapa sawit yang bergabung dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), tetapi bila ada masalah baru curhat ke Gapki.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak dikuasai oleh pengusaha besar semua. Namun juga dimiliki petani kecil, yang juga membutuhkan perhatian terhadap sektor perkebunan ini.

Pada saat ini adalah saat yang tepat untuk mempercepat program peremajaan kebun sawit/replanting untuk menjaga keseimbangan stock.

Replanting akan mengurangi produksi untuk beberapa tahun ke depan, Indonesia akan memperbaiki produktivitas dan efisiensi dalam jangka panjang.

Rachmad Yuliadi Nasir (WhatsApp: 08887211300)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun