"Saya berharap kamu cepat mati Agnesh!"
Deg
Agnesh memejamkan matanya, yang dia lakukan kali ini hanya menangis. Memendam isakan yang akan keluar dengan menggigit bibir bawahnya. Ingin membalas perkataan Kailash pun dia tak sanggup. Lidahnya kelu, hatinya seakan tercabik-cabik mendengar kalimat yang Ayahnya katakan secara gamblang. Sehebat itu ternyata efek yang diberikan oleh enam kata yang Kailash ucapkan.
"Saya sangat membenci kamu! Dasar anak pembawa sial!" Kailash menghempaskan dagu Agnesh begitu saja. Membuat kepala Agnesh lagi dan lagi membentur lantai. Setelah mengucapkan itu, Kailash benar-benar keluar dari kamar Agnesh.
BRAK
Bantingan pintu terdengar nyaring membuat telinga Agnesh berdengung. Gadis itu masih terkapar di lantai tak sanggup untuk bangkit. Agnesh menangis dalam diam, tanpa isakan yang keluar.
Agnesh benar-benar terpuruk. Sudah tak ada yang menyayanginya lagi, mengharapkannya untuk tetap berada di bumi. Agnesh lelah, dia membutuhkan dekapan hangat seseorang sekarang. Agnesh butuh Vania, Agnesh butuh Aurel.
Tidak bisakah Kau mengirimkan salah satunya Tuhan?
Jika tidak, tolong hantarkan saja Agnesh kepada Aurel. Dia ingin hidup bersama dengan sahabatnya itu, Agnesh mohon Tuhan.
Agnesh sudah tidak sanggup jika harus seperti ini terus-menerus. Agnesh hanyalah manusia biasa, dia bisa lelah, dia bisa merasakan sakit, hatinya pun tak sanggup jika harus mendengar caci makian setiap hari. Agnesh tak bisa jika harus dituntut sempurna.
Agnesh ingin menyerah, tapi dunia seakan belum puas melihat penderitaannya. Siapapun tolong Agnesh sekarang juga. Dia sudah tidak sanggup.