Mohon tunggu...
Indani Ainun Fajriah
Indani Ainun Fajriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadilah pribadi yang bermanfaat, kapan pun dan dimana pun kita berada.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Kisah di Atas Bentala - Anak Pembawa Sial

14 Oktober 2024   17:12 Diperbarui: 14 Oktober 2024   17:19 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu, Kailash berlalu pergi dari hadapan Agnesh. Agnesh hanya diam, menunduk menyembunyikan wajahnya yang sembab tak karuan. Tak lama terdengar suara langkah seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Agnesh kira itu adalah Bundanya yang akan memberikan pertolongan padanya. Namun, prediksinya salah. Karena disana, dia melihat Kailash yang membawa ikat pinggang ditangannya.

"Ampun Ayah, ampun," mohon Agnesh. gadis itu beringsut mundur ketika Kailash berjalan mendekat.

"Anak seperti kamu itu memang sepantasnya diberi pelajaran," ujar Kailash lalu mengayunkan ikat pinggangnya ke arah Agnesh.

Splashh

"AAAKKKHHH!!" Agnesh berteriak sangat kencang saat ikan pinggang itu mengenai punggungnya. Benturan semalam masih belum hilang sakitnya. Namun, sekarang dia harus merasakan sakit lagi.

Tetapi, karena telah ditutupi amarah, Kailash tak mengindahkan teriak Agnesh. lelaki itu malah semakin mengarahkan ikat pinggang itu ke arah tangan Agnesh yang memang sudah terluka.

Splashh

Splashh

Splashh

"AMPUN AYAH, AMPUN. AGNESH MOHON," Agnesh berteriak sangat kencang, tetapi Kailash seolah tak peduli. Bahkan setelah tangannya mengeluarkan darah, Kailash tetap meneruskan pukulannya menggunakan ikat pinggang.

Melihat Ayahnya semakin mambabi buta, Agnesh memilih untuk mengedarkan pandangannya mencari sosok Bundanya yang tak dia temui sejak semalam. Ekor matanya menangkap siluet itu, Vania - Ibundanya sedang berdiri di atas tangga. Namun, melihat Agnesh mendapat siksaan pagi hari seperti ini tak membuat beliau menghentikan aksi suaminya. Vania hanya diam dengan tatapan yang sulit diartikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun