"Agnesh, bagi cemilan lo, boleh?"
"Agnesh, kalau nanti gue pergi lebih dulu, lo harus janji sama gue buat tetap bertahan meski lo nggak dapet dukungan dari Ayah atau Bunda. Ingat, Ibu gue selalu nungguin lo pulang."
Kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Aurel kembali terngiang-ngiang dalam telinganya. Seolah kaset rusak yang berputar tanpa arah. Ucapan Aurel benar-benar menamparnya, hingga Agnesh sadar jika hidupnya sangat berarti, Agnesh sadar jika dirinya kuat.
Tapi, tidakkah Aurel berpikir, bahwa Agnesh juga membutuhkan sosoknya untuk menghadapi dunia ini? Kenapa dia memilih pergi meningggalkan Agnesh sendiri?
Bersambung...
Stay tuned yaaa!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H