Disana ada tubuh Aurel yang akan segera dibalut kain kafan. Mata belo itu terpejam dengan damai, tak ada lagi tatapan tersakiti dimata itu. Hidungnya sudah ditutup dengan kapas dan wajahnya yang sebelumnya berwarna kuning langsat sekarang telah berganti menjadi putih pucat.
Agnesh berusaha bangkit hendak menghampiri tubuh sahabatnya itu. Tetapi baru saja badannya berdiri, kepalanya berdenyut nyeri, pandangannya mulai mengabur, sebelum tubuhnya limbung, sudah ada sepasang tangan yang merengkuhnya. "Ada Tante sayang, Agnesh masih mempunyai Tante disini,"
Suara itu adalah suara Rosa, perempuan yang selama ini selalu menganggap dirinya sama seperti Aurel. Suaranya terdengar parau. Agnesh tahu, Rosa sama terpukulnya dengan dirinya, bahkan bisa dibilang lebih parah karena beliau adalah Ibu Aurel, wanita mulia yang telah melahirkan dam merawat gadis itu.
Perasaan bersalah kembali mengisi relung hati Agnesh, karena seharusnya dialah yang menguatkan Rosa, bukan malah sebaliknya.
"Aurel Tante... Aurel..." suara Agnesh sangat lirih, air mata tak berhenti mengalir dari matanya yang indah.
Mendengar suara Agnesh, Rosa semakin menguatkan pelukannya. Sedari tadi, dia selalu mencoba menguatkan dirinya untuk tak mengeluarkan air mata agar putrinya disana tak lagi terbebani, tetapi melihat seseorang yang sudah dia anggap anak membuat air matanya mengalir.
"Agnesh masih punya Tante, sayang. Agnesh nggak sendiri," kata Rosa dengan pelukan yang semakin erat.
Agnesh menangis tak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata lagi. Dirinya sangat terpukul, benar-benar terpukul. Bagi Agnesh, Aurel sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka memiliki ikatan batin, meski terlahir dari rahim yang berbeda. Enam tahun bukanlah waktu yang sebentar, suka duka telah dia lewati bersama dengan Aurel.
Kebahagiaan yang Agnesh terima juga karena Aurel. Gadis itulah yang selalu mengubah pandangan seorang Agnesh terhadap dunia yang kejam ini. Sampai dia lupa bahwa Aurel juga membutuhkan semangat dan dukungan dari dirinya.
Andaikan waktu bisa kembali diputar, dia akan berusaha untuk membuat Aurel dapat merasakan kebahagiaan seperti dirinya yaitu selalu berusaha membuat Agnesh bahagia. Tuhan, bisakah Engkau kembali memutar waktu? Agnesh akan mengucapkan terima kasih dan meminta maaf dengan sangat kepada Aurel.
"Agnesh, bagi tugas fisika lo dong,"