Mohon tunggu...
Indani Ainun Fajriah
Indani Ainun Fajriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadilah pribadi yang bermanfaat, kapan pun dan dimana pun kita berada.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah di Atas Bentala - Kesedihan yang Menguar

8 Oktober 2024   09:52 Diperbarui: 8 Oktober 2024   10:00 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini Agnesh tahu bagaimana terpuruknya Aurel karena memiliki keluarga yang sudah tak utuh lagi. Mereka selalu berbagi keluh kesah, tetapi Aurel tak pernah menangis di depannya. Aurel adalah gadis yang kuat.

Sebelumnya Agnesh tak pernah menangkap Aurel menangis. Tetapi kemarin Aurel menangis hingga tersedu-sedu di depannya. Aurel menceritakan semua kesedihannya, menceritakan bagaimana tersiksanya dia selama ini. Perlakuan kasar yang selalu diterima dari Ayahnya, pelecehan yang selalu kakaknya berikan membuat Aurel tak tahan. Siapa sangka ternyata kemarin itu adalah tangisan terakhir dari sahabatnya yang dapat Agnesh lihat.

Mengingat luka-luka lebam yang sempat Kailash berikan padanya, membuat Agnesh berpikir. Bagaimana kondisinya nanti saat dia pulang ke rumah? Apakah Ayahnya akan menamparnya lagi? Menguncinya di kamar mandi semalam penuh? Atau siksaan apalagi? Terlebih saat ini perbuatan yang dilakukannya cukup fatal, yaitu membolos sekolah untuk pergi ke rumah Aurel.

"Sudah sampai Neng,"

Lamunan Agnesh buyar, dia segera turun dari motor dan melepas helm milik tukang ojek tersebut. Gadis itu merogoh saku rok seragamnya, mengambil uang sepuluh ribuan yang tersisa.

"Ini ya Bang, uangnya," Agnesh memberikan uang itu pada tukang ojek.

Tukang ojek itu tersenyum seraya mengangguk lalu pergi dari hadapan Agnesh.

Agnesh berjalan dengan mata sembabnya menuju kediaman Aurel, matanya kembali memanas saat melihat bendera kuning terpampang jelas di halaman rumah sahabatnya terlebih banyak sekali orang seliweran di rumah itu.

Langkah kakinya semakin memelan saat melihat empat orang Bapak-Bapak sedang menggotong keranda dibahunya masing-masing untuk diletakkan di depan rumah Aurel. Rasanya jantung Agnesh ditarik paksa. Air mata semakin mengalir deras dipipinya, entah sudah berapa banyak air mata yang Agnesh tumpahkan hari ini.

"Aurel," gumam Agnesh, disusul langkah kakinya yang semakin cepat menuju ke dalam rumah sahabatnya.

Sesampainya di depan pintu, Agnesh jatuh terduduk. "AUREL!!!". Teriaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun