Pada masa remaja juga sangat membutuhkan support dalam banyak hal, salah satunya teman. Teman memiliki peran penting dalam fase remaja ini dimana teman juga dapat dikatakan sebagai penyemangat, pendamping bahkan penolong.Â
Untuk itu memilih teman juga sangat penting dilakukan, karna memiliki teman yang salah juga dapat berdampak dalam pembentukan mental. Pada umumnya remaja memiliki teman yang tergolong lebih banyak di banding dewasa.Â
Menjelang kedewasa teman-teman bahkan orang terdekat perlahan akan berkurang seiring berjalannya waktu. Tidak lagi memikirkan hal hal hanya untuk kesenangan melainkan sudah berpikir untuk masa depan. Menjadi dewasa berarti juga siap akan segala beban yang di terima.Â
Dewasa di anggap sebagai usia yang sudah siap menatap masa depan mereka. Di usia dewasa bukan lagi untuk memikirkan kesenangan, mengeluh dan menyalahkan keadaan. Menjelang kedewasaan diharuskan untuk menemukan jati diri masing -- masing.Â
Sudah saatnya untuk melalui hidup sendiri, mau tidak mau bahkan cepat atau lambat dengan segala persiapan dengan sendirinya. Proses untuk menjadi dewasa bukanlah hal yang gampang bagi remaja, ada banyak fase menuju kedewasa yang sekiranya tidak gampang di lalui dari masa remaja.Â
Berawal dari masih mencari jati diri menjadi harus menemukan jati diri bukanlah hal yang gampang untuk dilalui terlebih lagi kondisi emosional dan psikis remaja yang belum stabil. Namun ketika remaja gagal dalam hal mencari jati dirinya maka dia akan mengalami krisis identitas atau 'identity confusion'.Â
Tidak sedikit dari remaja yang mengalami permasalahan dalam kesehatan mentalnya dalam proses menuju dewasa dan itu berdampak bagi kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Sifat yang masih labil, emosional yang belum stabil, dan terlampau membawa perasaan terhadap sebuah tindakan membuat kendala remaja dalam proses mencari jati diri. Masih mempertahankan ego dan sulit untuk menerima sebuah nasihat dari orang dewasa salah satunya orang tua.
Remaja sering terjadi perselisihan dengan orang tua, bahkan terlibat konflik dengan orang tua. Pada masa ini, sering terjadi jarak antara anak dan orang tua.Â
Remaja lebih memilih mendengarkan atau menerima nasihat dan saran dari teman sebayanya daripada orang tua. Lebih menganggap saran dari orang tua berupa perintah daripada sebuah nasihat, lebih ingin dimengerti ketimbang di arahi.Â
Perselisihan paham salah satu penyebab terciptanya jarak antara anak remaja dan orang tua. Keinginan orang tua melihat anaknya sukses dengan pandangannya tetapi berbeda dengan pandangan anaknya yang dapat menyebabkan konflik sehingga dengan emosi dan psikis remaja yang belum stabil dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Tentunya itu terjadi karena cara pandang remaja dan dewasa itu berbeda.Â