Saat itu juga, hantu siulan terdengar terkejut. Kehadirannya mulai meredup dan wujudnya semakin kabur. Ana terus melantunkan mantra dengan penuh keyakinan, sementara teman-temannya, Maya dan Beni, terpaku dalam kebingungan dan ketakutan.
Tiba-tiba, hantu itu menghilang begitu saja. Ana merasa energinya terkuras habis, tetapi mereka sekarang memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Mereka berlari secepat mungkin, menyusuri jalan setapak yang tersembunyi di balik semak belukar yang gelap.
Ketika mereka mencapai tepi hutan, mereka merasa lega. Namun, ketika mereka melihat sekeliling, ada yang tidak beres. Para tim penyelamat mereka, termasuk orang tua mereka, tampak bersorak gembira, tetapi ada sesuatu yang aneh. Ana, Maya, dan Beni terkejut saat menyadari bahwa mereka telah hilang selama lima hari.
Maya memeluk ibunya dengan erat, menangis di bahunya. Beni merangkul ayahnya, matanya berkaca-kaca oleh perasaan campur aduk dari kejadian yang baru saja mereka alami. Ana merasa lemah, tubuhnya hampir tak berdaya setelah pertarungan dengan hantu siulan itu.Sementara orang tua Ryan hanya bisa pasrah karena anaknya tak kunjung kembaliÂ
"Sudah lima hari, di mana kalian berada?" tanya ibu Ana dengan nada khawatir.
Mereka bertiga hanya bisa terdiam, sulit menjelaskan apa yang mereka alami di hutan itu. Ana mencoba bicara, tetapi bibirnya terasa kaku dan tak mampu memaparkan semua yang terjadi.
Hingga hari ini, mereka tidak pernah lupa tentang Ryan, teman mereka yang menghilang di dalam hutan. Konon, orang-orang di sekitar hutan itu sering melihat bayangan seorang anak kecil yang terus mencari arah pulang. Beberapa bahkan mendengar suara siulan di malam hari, mengingatkan akan kehadiran hantu bersiul yang menakutkan.
Ryan, seolah-olah telah menyatu dengan kegelapan hutan terlarang itu, menjadi satu dengan misteri yang menghantui sepanjang waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H