Di malam yang gelap dan sunyi, di tengah hutan yang rimbun dan angker, empat anak sekolah duduk berkeliling api unggun. Mereka adalah siswa-siswa SMP negeri 1 mekar sari yang sedang mengikuti perkemahan di hutan terpencil. Suasana cenderung ceria meskipun kegelapan malam mulai menyelimuti.
Salah satu dari mereka, Ryan, duduk dengan wajah skeptis. "Apa sih yang kalian takuti dari hutan ini? Hanya cerita menakutkan belaka," ucapnya dengan nada meremehkan.
"Lho, Ryan, kamu percaya gak sih sama wanita hantu bersiul?" tanya Maya, salah seorang temannya, dengan mata membulat.
"Wanita hantu bersiul? Ah, itu cuma mitos orang-orang kampung," balas Ryan sembari mengangkat bahu acuh tak acuh.
Tapi Beni, anak yang lain, menyela, "Tapi temanku dulu pernah lihat sendiri! Katanya sih kalau kamu mendengar siulan, berarti dia dekat."
Anak keempat, Ana, memilih untuk berdiam diri, hanya tersenyum-senyum mendengarkan percakapan mereka.
"Ya sudah, kalau gitu, kita harusnya mencoba mencari tahu sendiri. Ayo, kita masuk lebih dalam ke hutan ini," tantang Ryan, mencoba membuktikan bahwa semua itu hanya cerita bohong.
Maya menatapnya dengan pandangan khawatir, "Ryan, jangan bodoh. Hutan ini dilarang untuk dimasuki malam hari."
Namun, Ryan sudah memutuskan langkahnya. Ia berdiri dan tanpa ragu memasuki kegelapan hutan yang semakin tebal. "Kalian ikut atau tidak, itu urusan kalian," ucapnya sambil menghilang di balik rimbunnya pepohonan.
"Mungkin dia benar-benar tidak percaya dengan cerita itu," ujar Ana, mencoba menenangkan diri dan teman-temannya.
Tak lama kemudian, suara hening malam hanya terganggu oleh desiran angin dan desiran dedaunan. Api unggun di belakang mereka mulai meredup seiring dengan jarak yang semakin memisahkan mereka dari Ryan.
Tiba-tiba, di kejauhan, mereka mendengar suara siulan yang samar. Maya langsung memegang lengan Beni dengan erat. "Itu suara siulan!"
Ana memicingkan mata, mencoba mencari tahu asal suara itu. "Apa Ryan sudah kembali?"
Namun, tak ada jawaban. Hanya gemuruh angin yang menjawab keheningan malam. Mereka menunggu, namun Ryan tak kunjung muncul.
"Kita harus mencarinya," kata Beni, mengambil tongkat kayu untuk bersiap-siap menjelajahi kegelapan yang semakin menakutkan.
Mereka bertiga kemudian memasuki hutan dengan hati-hati, menyusuri setiap jalan setapak yang gelap. Suara-suara aneh mulai terdengar di sekitar mereka---desiran angin yang seperti bisikan, suara langkah kaki yang tak tampak.
Ketika mereka hampir menyerah, mereka mendengar suara tertawa dari kejauhan, diikuti dengan siulan yang jelas terdengar semakin dekat.
"Ryan! Di mana kamu?" teriak Maya, mencoba menembus kegelapan dengan suaranya.
Di malam yang semakin gelap dan mencekam, Beni,maya dan ana terus menacari Ryan ,dan terus berusaha menjauh dari suara siulan yang menghantui. Ana, salah satu di antara mereka, diam-diam merasa kehadiran mahluk halus di sekitar mereka. Dia merasakan getaran yang menakutkan, tetapi dia tidak sendirian---neneknya pernah memberinya sebuah kalung jimat yang diyakini dapat melindungi dari kekuatan gaib.Tiba-tiba, dari balik pohon besar di depan mereka, muncul sosok bayangan wanita tinggi dengan gaun putih bersih, rambut panjang tergerai. Suaranya menggema dengan suara serak, "Siulllaaan... aku di sini..."
Anak-anak itu membeku, tak bisa bergerak. Hanya Ana yang mengingatkan mereka untuk berlari dan menyuruh mereka bersembunyi di balik pohon,maya dan Beni lari dengan cepat, melewati pohon-pohon dan semak-semak,Ana sekarang menghadapi sosok itu sendiri dengan berani ia mulai mengucapkan mantra yang diajarkan oleh neneknya tetapi sosok wanita itu juga terus menyerangnya hingga energi ana mulai terkuras, sedangkan maya dan Beni hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka, suara siulan semakin menggema, Ana merasa nyalinya mulai luntur. Dia tahu harus bertindak cepat sebelum hantu itu menguasai mereka sepenuhnya. Dengan gemetar, dia mulai mengucapkan mantra-warisan neneknya. Suaranya bergetar di dalam keheningan hutan yang tegang.
"Surga, bumi, dan bulan, lindungi kami dari kegelapan yang mengancam. Jangan biarkan roh jahat ini mencelakai kami!"
Saat itu juga, hantu siulan terdengar terkejut. Kehadirannya mulai meredup dan wujudnya semakin kabur. Ana terus melantunkan mantra dengan penuh keyakinan, sementara teman-temannya, Maya dan Beni, terpaku dalam kebingungan dan ketakutan.
Tiba-tiba, hantu itu menghilang begitu saja. Ana merasa energinya terkuras habis, tetapi mereka sekarang memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Mereka berlari secepat mungkin, menyusuri jalan setapak yang tersembunyi di balik semak belukar yang gelap.
Ketika mereka mencapai tepi hutan, mereka merasa lega. Namun, ketika mereka melihat sekeliling, ada yang tidak beres. Para tim penyelamat mereka, termasuk orang tua mereka, tampak bersorak gembira, tetapi ada sesuatu yang aneh. Ana, Maya, dan Beni terkejut saat menyadari bahwa mereka telah hilang selama lima hari.
Maya memeluk ibunya dengan erat, menangis di bahunya. Beni merangkul ayahnya, matanya berkaca-kaca oleh perasaan campur aduk dari kejadian yang baru saja mereka alami. Ana merasa lemah, tubuhnya hampir tak berdaya setelah pertarungan dengan hantu siulan itu.Sementara orang tua Ryan hanya bisa pasrah karena anaknya tak kunjung kembaliÂ
"Sudah lima hari, di mana kalian berada?" tanya ibu Ana dengan nada khawatir.
Mereka bertiga hanya bisa terdiam, sulit menjelaskan apa yang mereka alami di hutan itu. Ana mencoba bicara, tetapi bibirnya terasa kaku dan tak mampu memaparkan semua yang terjadi.
Hingga hari ini, mereka tidak pernah lupa tentang Ryan, teman mereka yang menghilang di dalam hutan. Konon, orang-orang di sekitar hutan itu sering melihat bayangan seorang anak kecil yang terus mencari arah pulang. Beberapa bahkan mendengar suara siulan di malam hari, mengingatkan akan kehadiran hantu bersiul yang menakutkan.
Ryan, seolah-olah telah menyatu dengan kegelapan hutan terlarang itu, menjadi satu dengan misteri yang menghantui sepanjang waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H